Enoch Atmadibrata, adalah kreator dunia tari sunda sekaligus koreografernya. Karya-karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan nasional dan internasional
Enoch Atmadibrata lahir di Garut, Jawa Barat, 19 November 1927. Sejak usia muda, dia sudah tertarik di bidang seni, utamanya seni tari. Setelah perang kemerdekaan, ia meneruskan pendidikan di Badan Kesenian Indonesia (BKI), Bandung.
Sejak tahun 1943, Enoch pertama kali mulai mempelajari tari klasik Sunda dari Raden Gandjar. Kemudian ia melanjutkan belajar tari pada Raden Tjetje Somantri di Bandung.
Tidak puas belajar sampai di situ, Enoch juga mendalami tari wayang dari Mochamad Sari Redman, tari keurseus, dan tari topeng Palimanan dari Bi Dasih pada tahun 1960.
Karir Enoh Atmadibrata
Debut Enoh sebagai penari saat ia berguru kepada Sambas Wirakusumah di Rancaekek, semasa kuliah di ITB. Enoch juga menulis naskah wayang orang antara lain Jabang Tutuka (1957), yang digelar perkumpulan DAMAS di Bandung.
Enoh juga menciptakan tari Cendrawasih (1959). Tarian ini diciptakannya untuk memberikan semangat kepada masyarakat Papua dalam memperjuangkan kesetaraan hak sebagai warga negara Indonesia.
Beberapa karya ciptaan tari lainnya antara lain: Katumbiri (Pelangi, 1960), Puspalaras (1960), dan Hujan Munggaran (Hujan Pertama, 1962). Selain itu, dia menciptakan sendratari Lutung Kasarung (1963), Mundinglayadi Kusumah (1981), dan Sangkuriang (1981).
Tahun 1974 Enoch Atmadibrata bekerja dengan Sekretriat Provinsi Jawa Barat. Dia ditarik mengurusi tugas-tugas yang berhubungan dengan kesenian. Tahun 1979, ia menjadi Ketua Bidang Studi Pendidikan Seni Tari di IKIP Bandung.
Ia juga mengajar di Jurusan Sinematografi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (1981). Enoch juga pernah menjadi dosen di University of Santa Cruz dan University of Ohio Amerika Serikat.
Pada pertengahan tahun 1968, ceramah Enoch Atmadibrata di Konservatori Tari (kini STSI Bandung) mengundang decak kagum perwakilan Institute of Ethnomusicology University of California, AS. Ceramahnya sendiri berisi mengenai tarian Sunda dan pentingnya pengemasan pertunjukan dan dokumentasi dalam berbagai kesenian rakyat.
Perwakilan University of California (UCLA) kemudian memberikan penawaran beasiswa bagi Enoch untuk belajar di AS selama tiga tahun. Tujuannya adalah membantu seniman Indonesia mengembangkan pertunjukan kesenian rakyat.
Perintis Knservatori Tari
Sepulangnya ke Tanah Air, Enoch langsung mengaplikasikan ilmunya. Penataan panggung ala Kabuki dan penempatan audio yang tepat menjadi kekuatan setiap pertunjukan Enoch.
Beberapa pertunjukan tari yang berhasil ia gelar antara lain ”Mundinglaya Dikusuma”, ”Sangkuriang”, dan ”Nyi Pohaci Sanghyang Sri”.
Lewat kecintaannya kepada tari, ia merintis berdirinya Konservatori Tari (Akademi Seni Tari Indonesia yang kini jadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia [STSI] Bandung) dan jurusan sendratari di Fakultas Ilmu Bahasa dan Seni IKIP Bandung (kini Universitas Pendidikan Indonesia).
Namanya pun dikenal di kalangan penari Jabar. Karyanya yang masih dimainkan hingga kini, seperti Gending Karesmen Lutung Kasarung, Cendrawasih, Hujan Munggaran, dan Katumbiri.
Dokumentasi dan Penulisan
Enoch juga dikenal karena dedikasinya dalam mendokumentasikan seni pertunjukan. Hingga kini, ia telah menghasilkan 14 judul karya tulis dan buku tentang kesenian di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Panungtun Dalang Wayang Golek di Pasundan (1982).
Di tahun 20017, dia juga menulis Khasanah Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bahkan, ada juga tulisan berbahasa Inggris, seperti “Sunda Dance” dalam buku Grove Dictionary (1977) dan Ketuk Tilu and Tayuban, Performing Arts (1999).
Enoch juga mendokumentasikan karya dalam media elektronik. Koleksinya adalah ratusan rekaman seni pertunjukan dari berbagai negara dan daerah dalam bentuk film, foto, dan kaset.
Selama karirnya, Enoch mendapatkan berbagai penghargaan. Diantaranya, Penghargaan terhadap Pembangunan & Pariwisata Jabar dari Disbudpar Jabar (2001).
Selian itu, Penghargaan Seniman Senior Indonesia, Maestro Seni Tradisi dari Departemen Kebudayaan & Pariwisata RI (2009), Penghargaan Kebudayaan dari Gubernur Jabar (2010) dan Satya Lencana Kebudayaan Presiden RI (2003).
Enoch Atmadibrata berpulag pada 15 April 2011 di rumahnya di Cimahi, Jawa Barat. Ia kemudian dimakamkan di tanah kelahirannya di Tarogong, Kabupaten Garut. (Diolah dari berbagai sumber)