By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengapa Surakarta Disebut Sala atau Solo? Begini Sejarahnya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Mengapa Surakarta Disebut Sala atau Solo? Begini Sejarahnya
Profil

Mengapa Surakarta Disebut Sala atau Solo? Begini Sejarahnya

Achmad Aristyan
Last updated: 16/02/2025 07:52
Achmad Aristyan
Share
Museum Keraton Kasunanan Surakarta. Foto: pariwisatasolo.surakarta.go.id
SHARE

Banyak orang mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya perbedaan antara Sala, Solo, dan Surakarta?

Sebagian masyarakat menganggap ketiganya merujuk pada tempat yang sama, tetapi ada juga yang mengira bahwa Solo dan Surakarta adalah kota yang berbeda. 

Sebenarnya, nama-nama ini memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri.  

Sejarah Kota Surakarta

Sebelum membahas lebih jauh, perlu dipahami terlebih dahulu asal-usul Kota Surakarta. Melansir dari Kompas.com, Kota Surakarta lahir dari pemindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam.  

Pada masa pemerintahan Amangkurat II, pusat kerajaan dipindahkan ke Kartasura akibat pemberontakan yang dipimpin Trunojoyo.

Namun, setelah peristiwa Geger Pecinan pada 1743 yang menghancurkan Keraton Kartasura, muncul kebutuhan untuk mencari lokasi baru. 

Peristiwa ini dipicu pemberontakan etnis Tionghoa yang merasa Pakubuwono II, pemimpin saat itu, berpihak kepada Belanda. Karena kondisi Keraton Kartasura yang sudah rusak, Pakubuwono II memerintahkan pemindahan keraton ke Desa Sala, yang terletak di tepi Sungai Bengawan Solo. 

Lokasi ini dipilih karena faktor strategis dan geografis. Secara resmi, Keraton Surakarta mulai ditempati pada 17 Februari 1745, meskipun pembangunannya belum sepenuhnya selesai.  

“Pakubuwono menganggap kerajaan di Kartasura sudah tidak bertuah, sehingga kemudian dipindahkan ke arah timur yaitu di pinggir (Sungai) Bengawan Solo,” ujar pengamat budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Bani Sudardi, dilansir dari Kompas.com.  

Seiring waktu, Desa Sala berkembang menjadi sebuah kota besar yang dikenal dengan nama Surakarta Hadiningrat.  

Asal-usul Nama Solo, Berawal dari Sala

Nama Solo ternyata berasal dari Desa Sala. Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNS, Prof. Warto, menjelaskan bahwa pada awalnya, nama yang benar adalah “Sala”.  

“Pada awalnya nama yang benar adalah Sala. Itu nama yang punya sejarah panjang. Jadi, Kota Solo yang sekarang kita kenal itu awalnya dari sebuah perpindahan kerajaan dari Kartasura ke Surakarta (Desa Sala) tahun 1745,” ungkapnya dilansir dari regional.kompas.com.  

Namun, saat orang-orang Eropa, terutama Belanda, datang ke wilayah ini, mereka mengalami kesulitan dalam melafalkan “Sala.” Pelafalan ini kemudian bergeser menjadi “Solo”.  

“Orang Belanda susah menyebut Sala, sehingga berubah menjadi Solo,” tambah Prof. Warto. Dalam aksara Jawa, perbedaan antara huruf “a” dan “o” memang cukup signifikan.  

“Kalau Sala ditulis dengan huruf Jawa nglegena atau telanjang. Kalau di-taling tarung, jadi ‘o’, makanya So–lo,” jelasnya lebih lanjut.

Sejak saat itu, penyebutan “Solo” menjadi lebih populer dalam percakapan sehari-hari dan semakin dikenal masyarakat luas.

Surakarta, Nama Resmi Kota

Meskipun lebih akrab disebut Solo, nama resmi kota ini adalah Surakarta. Kata “sura” berarti keberanian, sementara “karta” berarti sempurna atau penuh.

“Nama resmi untuk pemerintahan adalah Surakarta, itu resminya yaitu Kotamadya Surakarta,” ujar Prof. Bani Sudardi. Nama Surakarta sendiri memiliki makna filosofis.

Nama ini juga dianggap sebagai kelanjutan dari Kartasura, untuk mempertahankan kesinambungan Kerajaan Mataram Islam. Situs resmi DPRD Kota Surakarta menegaskan bahwa dalam konteks formal dan administrasi pemerintahan, nama yang digunakan tetap “Surakarta”.

Sebaliknya, dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat lebih sering menggunakan nama “Solo.”  

Kesimpulan: Tiga Nama, Satu Kota

Apa sebenarnya perbedaan antara Sala, Solo, dan Surakarta? Sala merupakan nama asli desa yang menjadi lokasi pembangunan Keraton Surakarta. 

Seiring waktu, nama Solo mulai lebih dikenal, terutama setelah mendapat pengaruh dari kolonial Belanda yang kesulitan mengucapkan “Sala” dengan benar. Sementara itu, dalam administrasi pemerintahan, nama resmi yang digunakan adalah Surakarta.  

Meskipun memiliki nama yang berbeda, ketiganya tetap merujuk pada tempat yang sama, yakni kota yang kaya akan sejarah dan tradisi. Hingga kini, Surakarta atau Solo tetap menjadi salah satu pusat kebudayaan Jawa di Indonesia. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenang Hamzah Sulaiman Pendiri The House of Raminten di Yogyakarta

Affandi, Pelukis Maestro dengan 2000 Lukisan

Christine Hakim, Legenda Hidup Perfilman Indonesia

Asep Sunandar Sunarya, Maestro Wayang Golek yang Mendunia

Naufal Abshar: Tawa di Balik Kanvas “Haha”

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Macan Tutul Jawa Terekam Memangsa Kucing di Hutan Muria
Next Article Sejarah dan Mitos Gunung Putri di Lembang, Bandung
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?