By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Pengrajin Topeng Lengger Wonosobo Masih Bertahan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Pengrajin Topeng Lengger Wonosobo Masih Bertahan
Warisan Budaya

Pengrajin Topeng Lengger Wonosobo Masih Bertahan

Anisa Kurniawati
Last updated: 25/11/2024 09:23
Anisa Kurniawati
Share
Ratib sedang memperlihatkan Topeng Gondosuli, salah satu karakter Topeng Lengger.
SHARE

Pekerjaan membuat alat-alat kesenian tradisional, seperti Topeng Lengger misalnya, makin jarang ditemui di sekitar kita. Selain, pasarnya sangat sempit, permintaannya pun cenderung kecil. Itulah persoalan yang kini dihadapi Ratib, seorang pengrajin topeng lengger Wonosobo dari Dusun Prigi,  Mergolangu, Wonosobo, Jawa Tengah. 

Meski begitu, Ratib tetap tekun membuat berbagai topeng kesenian Lengger meski masih menggunakan alat-alat manual dan tradisional. Pemesan topeng pun masih bermunculan. Bahkan ada pemesan dari Thailand.

Sehari-hari Ratib, disibukkan dengan membuat kerajinan topeng di studio kecilnya. Topeng karyanya sering digunakan dalam pentas-pentas kesenian tari tradisional. Beberapa karakter yang dibuatnya seperti topeng Gondosuli, Sontoloyo, Kebo Giro dan lainnya.

Baca juga: Asmuni, Dari Seniman ABRI Hingga Legenda Komedi

Minat Ratib pada kerajinan topeng lengger berawal dari hobinya. Dia mengaku belajar secara otodidak, terus berlatih hingga karyanya laris dipesan. 

“Mulai dari tahun 2019, awalnya hobi, kemudian coba-coba, diposting di Facebook. Akhirnya banyak yang pesan. Belajar sendiri secara otodidak. Mulai dari tahun 2020, mulai banyak yang pesan dari Wonosobo, Kalimantan, Temanggung, Sumatra, Papua, Thailand,” ujarnya.

Tergantung Kerumitan

Ratib menjelaskan proses pembuatan topeng dimulai dari pemilihan kayu terlebih dahulu. “Pembuatannya dimulai dari pemilihan kayu, yaitu dari kayu pule. Kalau pakai kayu kanthil, jarang karena langka, sehingga hanya menerima permintaan dari pelanggan saja. Bagian kayu yang dibuat topeng itu bagian tengah pohon. Setelah itu kayu tersebut dipotong dibuat segitiga, diseksta, lalu dipahat.” ungkap pengrajin yang sudah 15 tahun menekuni pekerjaannya ini.

Ratib juga menjelaskan proses pembuatan topeng membutuhkan waktu yang bervariasi tergantung tingkat kesulitannya. Ukuran juga menjadi salah satu penentu lamanya pembuatan topeng. 

“Pembuatannya sekitar satu sampai dua hari tergantung tingkat kesulitannya. Kalau topeng seperti barongan macan ini bisa memakan waktu sampai empat sampai lima hari. Karena ukurannya besar jadi harus membuat dua bagian lalu disambungkan dengan engsel pintu.“ kata Ratib sambil menunjukkan bagian belakang barong macan. 

Baaca juga: Kesenian Jaran Bodhag, Hiburan Dengan Kuda Tiruan

Tahapan selanjutnya yaitu proses pengecatan. Langkah-langkah tersebut biasanya diulangi dua sampai tiga kali. “Kemudian proses pengecatan menggunakan cat minyak biasa. Kalau topeng dengan detail yang rumit bisa membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Karena setelah pengecatan pertama, nunggu kering baru dicat lagi. Biasanya sampai dua tiga kali,” jelas Ratib.

Ratib menjelaskan harga-harga topeng yang biasa dijualnya bervariasi. Topeng model Gondosuli dan Sontoloyo dipatok dengan harga 300 ratus ribu. Topeng Kebo Giro sekitar 1 juta. Untuk Barongan yang berukuran besar dibanderol dengan harga sekitar 2,5 juta.  Dalam sebulan Ratib mengaku bisa menjual 10 sampai 15 buah topeng tergantung tingkat kerumitan pembuatan.

Ratib mengungkapkan, pembuatan topeng ini masih cukup sulit jika ingin dijadikan lebih besar lagi. Karena selain alat-alatnya masih manual, mencari sumber daya manusia yang sejalan dan terlatih membuat topeng juga sulit. Meski demikian, ia mengaku, kemajuan digital dan media sosial, telah menyelamatkan pekerjananya karena topeng lengger ternyata masih banyak dicari peminatnya. 

You Might Also Like

Tabuhan Ketipung dalam Musik Tradisional Indonesia

Seni Kriya Tumang Boyolali, Warisan Budaya yang Mendunia

Membuka Kuluk Beselang Mertuo, Penutup Kepala Khas Jambi

Sate Srepeh, Sate Berkuah Santan Khas Rembang

Mengenal Siami, Perajin Tenun Tradisional Banyuwangi

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Pemerintah Antisipasi Pergerakan Masyarakat Saat Libur Nataru
Next Article Legenda Batuwangi dan Sumpah Tujuh Turunan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?