By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Suparno, Perajin Dandang Tradisional di Wonosobo yang Tersisa
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Suparno, Perajin Dandang Tradisional di Wonosobo yang Tersisa
Profil

Suparno, Perajin Dandang Tradisional di Wonosobo yang Tersisa

Anisa Kurniawati
Last updated: 26/01/2025 11:43
Anisa Kurniawati
Share
Suparno perajin dandang yang sedang memperbaiki kenceng. Foto: Anisa
SHARE

Dandang tradisional menjadi salah satu alat rumah tangga di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah yang memiliki nilai budaya dan sejarah.

Sayangnya, keberadaan perajin dandang tradisional kini berada di ambang kepunahan. Seperti halnya yang terjadi di Dusun Cawet, Desa Surengede, Kecamatan Kertek, Wonosobo.

Dahulu, Dusun Cawet dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan dandang tradisional. Sebagian besar mata pencaharian warga Dusun Cawet membuat Dandang tembaga. Kini beberapa saja yang masih bertahan. Salah satunya yaitu Suparno. 

Menurunnya Peminat Dandang Wonosobo

Menurut Suparno, sebagian besar perajin dandang tradisional telah beralih profesi karena menurunnya permintaan. Faktor utamanya adalah perubahan preferensi masyarakat yang lebih memilih dandang berbahan aluminium. 

“Orang dusun Cawet kebanyakan bekerja sebagai perajin dandang, dulu satu kampung buat seperti ini semua. Namun, sekarang kebanyakan sudah pakai alumunium,” kata Suparno, salah satu perajin dandang di Dusun Cawet.

Padahal, di masa kejayaannya, hampir seluruh warga kampung Cawet menjadi perajin dandang tembaga. Tak terkecuali Suparno. Dirinya sendiri mengaku keahliannya dalam membuat dandang diturunkan orang tuanya.

Sejak tahun 1979, Suparno mulai membuat kerajinan dari tembaga. Menurut penuturannya,masa keemasan penggunaan dandang tembaga terjadi tahun 80-an hingga 90-an. Kala itu Suparno bisa setiap hari membuat dandang. 

Proses pembakaran dandang bekas. Foto: Anisa

Namun saat ini dalam satu bulan hanya menjual beberapa buah saja. Itupun tidak membuat dari awal menggunakan bahan tembaga. Namun, saat ini Suparno hanya melakukan jual beli dandang bekas. 

Dandang yang rusak dia perbaiki dan dijual kembali. Selain itu, dia hanya membuat dandang pesanan saja. Harganya sendiri dihitung berdasarkan berat. Untuk perkilonya Rp 200.000 ribu. 

“Kalau dulu ya lumayan, soalnya  kalau bawa berapa kilo, misal setengah kwuintal, bisa dibagi dua penjual, kadang kurang. Kalau saat ini bawa sepuluh kilo, itu sudah dibawa dua penjual, dan juga tidak mesti pulang bawa uang,” kata Suparno. 

Teknologi dan Proses Pembuatan

Dandang tradisional basanya digunakan untuk menanak nasi. Alat masak ini memiliki keunggulan, yaitu daya tahan hingga puluhan tahun. Sebaliknya, dandang aluminium cenderung lebih cepat rusak.

Namun saat ini, pemintanya turun. Selain harganya yang relatif tinggi, juga alatnya juga berat.

Saat ini sudah jarang pembuatannya karena bahan baku yaitu tembaga juga sudah mulai langka. Sehingga banyak perajin dandang beralih profesi ke yang lainnya. 

Meski demikian, Suparno, masih semangat menekuni pekerjaan ini. Tidak hanya membuat dandang, dia juga membuat kenceng, tutup kenceng, ceret, kendi dan lainnya.

You Might Also Like

Ki Nartosabdo, Dalang Wayang Kulit Terbaik Indonesia

Mooryati Soedibyo, Ikon Kecantikan Indonesia

Kiprah SMP N 3 Wonosobo dalam Akademik dan Olahraga

Pergelaran Riksa Budaya 2024 Lestarikan Kesenian Jawa Barat

Eka Kurniawan, Penulis Novel ‘Cantik Itu Luka’ Yang Mendunia

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Mencicipi Minuman Penghangat Bir Pletok Khas Betawi
Next Article Jogja City Museum, Pusat Budaya Dorong Ekonomi Lokal
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?