By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menelusuri Akulturasi Islam dan Budaya Jawa dalam Sekaten
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Menelusuri Akulturasi Islam dan Budaya Jawa dalam Sekaten
Tradisi

Menelusuri Akulturasi Islam dan Budaya Jawa dalam Sekaten

Ridwan
Last updated: 23/02/2025 13:14
Ridwan
Share
4 Min Read
Tradisi Sekaten. Foto: wikimedia commons
SHARE

Sekaten merupakan upacara tradisional tahunan yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

Upacara bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Biasanya diadakan mulai 5 Rabiul Awal atau dalam kalender Jawa disebut bulan Maulud.

Secara historis, awalnya ritual Sekaten digelar ebagai piranti dakwah Walisongo di tanah Jawa. Ketika menjalankan dakwah, para wali ini memakai kesenian dan budaya yang bersifat terbuka. 

Tradisi Tahunan di 4 Keraton

Merujuk sumber Kasultanan Yogyakarta, ritual Sekaten sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Ritual ini untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pendapat lain menyatakan, Sekaten berasal dari kata ‘sekati’. Sekati sendiri merupakan nama seperangkat gamelan yang diyakini berasal dari era Majapahit.

Di sisi lain, istilah Sekaten juga disebut-sebut berasal dari bahasa Arab, ‘syahadatain”, yang merupakan kalimat untuk menyatakan diri memeluk Islam.

Hingga kini terdapat empat kraton yang memiliki tradisi tahunan itu, yakni Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kasultanan Kasepuhan, dan Kanoman Cirebon.

Fokus ritual Sekaten merujuk pada piranti gamelan atau disebut ‘gangsa’ dalam bahasa Jawa.

Keunikan Tradisi Sekaten

Ciri khas dari tradisi ini adalah prosesinya yang diawali dengan membawa keluar gamelan dari keraton ke masjid dan diakhiri dengan membawa gamelan masuk kembali dari masjid ke kraton. 

Gamelan dikeluarkan sejak tanggal 5 Maulud atau Rabiul Awal, dan selama 6 hari gamelan ditabuh dan pemberhentian suara hanya dilakukan sebelum waktu shalat atau malam Jumat.

Pada hari ketujuh, saat gamelan kembali ke keraton, digelar puncak acara berupa Grebeg Maulud.

Keunikan lainnya yaitu latar belakang terjadinya tradisi ini. Tradisi Sekaten bisa dikatakan sebagai budaya akulturasi antara agama Islam dan  kebudayaan Jawa.

Anthony Reid dalam karyanya Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-168, Kekuatan Kejawen yang ada pada masa itu, membuat daerah-daerah berbahasa Jawa tampak unik di antara budaya-budaya Islam lainnya di Asia Tenggara. 

Dalam konteks pembentukan “Islam-Jawa”, sebutlah demikian, Reid bahkan mencatat Sultan Agung berhasil membangun sintesis kebudayaan antara tradisi Jawa dan Islam, hal yang tidak pernah berhasil dilakukan oleh Sultan Akbar di India.

Upaya tersebut dapat dilihat dari pengembangan bahasa Jawa ke dalam bentuk ngoko, kromo madya, dan krama inggil serta sistem kalender Saka dan kalender Hijriah (Islam) menjadi sistem kalender Jawa seperti yang dikenal sekarang.

Dalam mengajarkan agama Islam, Sultan Agung tidak diberlakukan secara ketat. Dia hanya memberlakukan hal-hal penting. Pada masa itu, Sekaten menjadi perayaan kerajaan terbesar sepanjang tahun. 

Gamelan sebagai Media Dakwah

Terkait kehidupan agama, masyarakat Jawa sejak dulu juga telah dikenal memiliki karakter moderat dan memiliki toleransi tinggi terhadap penganut agama-agama lain.

Bahkan menurut temuan Ben Anderson, kemampuan untuk bersikap toleransi dan menghargai pluralisme kebenaran agama-agama lain adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi orang Jawa.

Hikmah utama dari ritual Sekaten ialah pelajaran tentang hubungan dan dialog antar agama dalam bingkai budaya Jawa. Dalam perkembangannya, upacara Sekaten merupakan penyebarluasan agama Islam menggunakan kesenian gamelan. (Anisa Kurniawati- Sumber: Indonesia.go.id)

You Might Also Like

Tiang Ayu dan Upacara Erau, Ritual Pengukuhan Kekuatan Sultan

Mengkong Hujan, Cara Warga Bandung Barat Mengalihkan Hujan

Adu Nyali dan Ketangkasan dalam Tradisi Ngrebeg Mekotek Bali

7 Tradisi Unik Perayaan Lebaran dari Berbagai Daerah

Sedekah Bumi Ngotet, Cara Masyarakat Rembang Hormati Leluhur

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Upacara Bekakak, Tradis Yang Masih Lestari
Next Article Wayang Beber, Wayang Tertua di Indonesia
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?