By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Udeng Bali, Identitas Budaya Pria Pulau Dewata Penuh Makna
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Udeng Bali, Identitas Budaya Pria Pulau Dewata Penuh Makna
Warisan Budaya

Udeng Bali, Identitas Budaya Pria Pulau Dewata Penuh Makna

Achmad Aristyan
Last updated: 05/01/2025 04:28
Achmad Aristyan
Share
Udeng yang menjadi ikat kepala khas Bali. Foto: mybalitrips.com
SHARE

Salah satu elemen busana tradisional Bali yang menonjol adalah Udeng, ikat kepala khas yang dikenakan kaum pria. Pulau Dewata, Bali, memang tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang unik. 

Udeng tidak hanya sekadar pelengkap pakaian, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam dan peran penting dalam kehidupan masyarakat Bali.  

Ciri Khas dan Pembuatan Udeng  

Dilansir dari laman Kompas, Udeng dibuat dari kain dengan panjang sekitar setengah meter dan memiliki bentuk asimetris bilateral. Bagian kanan Udeng dibuat lebih tinggi daripada sisi kirinya, melambangkan kebajikan yang harus selalu diutamakan setiap individu. 

Pembuatan Udeng memerlukan keterampilan khusus, dan daerah Karangasem, khususnya Desa Sidemen, terkenal sebagai pusat kerajinan Udeng. Desa ini memproduksi Udeng dengan berbagai motif, mulai dari polos hingga corak modern seperti batik atau ornamen metalik.  

Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari  

Udeng dikenakan pria Bali dari berbagai lapisan masyarakat, baik bangsawan maupun rakyat biasa, dari anak-anak, dewasa hingga para sesepuh.

Penggunaannya meliputi aktivitas sehari-hari, acara resmi, hingga ritual keagamaan. Dalam pertemuan informal atau acara adat, Udeng sering dipakai sebagai bagian dari busana tradisional.  

Udeng dalam Ritual Keagamaan  

Salah satu penggunaan utama Udeng adalah saat beribadah di pura. Dalam konteks ini, Udeng berfungsi praktis untuk mencegah rambut rontok agar tidak melanggar kesucian pura. 

Udeng khas Pulau Dewata yang dipakai saat beribadah biasanya berwarna putih polos, mencerminkan kesucian dan niat tulus kepada Sang Hyang Widi Wasa.  

Makna Filosofis Udeng  

Melansir dari indonesia.go.id, tidak hanya sebagai aksesori, Udeng memiliki makna filosofis mendalam. Bentuknya yang asimetris mengajarkan pentingnya menjalani kehidupan dengan mengutamakan kebajikan dan kebaikan (simbol sisi kanan yang lebih tinggi). 

Udeng juga mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Sebagai salah satu elemen budaya Bali, Udeng terus dilestarikan masyarakat setempat. 

Selain menjadi simbol identitas, Udeng juga menjadi daya tarik budaya yang menarik perhatian wisatawan. Para pengrajin di Bali terus berinovasi menciptakan berbagai motif Udeng, sehingga tradisi ini tetap relevan dan diterima generasi muda.  

Dengan maknanya yang mendalam dan penggunaannya yang luas, Udeng menjadi lebih dari sekadar ikat kepala. Ini adalah cerminan dari filosofi hidup masyarakat Bali yang penuh harmoni dan kebijaksanaan. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Perjalanan Sejarah Wayang Golek Purwa di Tatar Sunda 

Pesta Lomban Jepara, Pelestarian Tradisi Budaya Nelayan

Dimba Nggowuna, Warisan Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Mencicipi Mendut, Jajanan Kenyal Beraroma Khas Daun Pisang

Tari Siwar, Rayakan Keindahan Seni dan Budaya Lahat

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Digitalisasi Kampung Wisata Keramik Dinoyo Peluang Baru UMKM
Next Article Maras Taun, Ritual Doa dan Makan Bersama dalam Tradisi Belitung
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?