By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Asal-Usul Gerhana Matahari dan Bulan di Mata Dayak Wehea
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Asal-Usul Gerhana Matahari dan Bulan di Mata Dayak Wehea
Cerita Rakyat

Asal-Usul Gerhana Matahari dan Bulan di Mata Dayak Wehea

Anisa Kurniawati
Last updated: 06/12/2024 03:47
Anisa Kurniawati
Share
Ilustrasi Cerita Rkayat Dea Pey dan Weluen Long suku Waheea, Kutai Timur, Kaltim. Foto: Indonesiakaya.com
SHARE

Suku Dayak Wehea yang mendiami Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur memiliki cerita rakyat yang terkenal. Legenda ini berkisah mengenai asal-usul gerhana matahari dan bulan. Cerita ini mengisahkan pasangan suami istri. Akan tetapi, terjadi kesalahpahaman antara pasangan itu yang kemudian berujung fatal. 

Dirangkum dari indonesiakaya.com, Dikisahkan di Kabupaten Kutai Timur, tinggalah sepasang suami istri dengan nama Dea Pey dan Weluen Long. Keduanya adalah jelmaan dari matahari dan bulan yang hidup di bumi. Pasangan itu hidup bahagaia bersama buah hati mereka. 

Ketika musim bercocok tanam tiba, sang suami Dea Pey, berniat untuk menanam padi. Karena persiapan ladang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, Dea Pey memohon bantuan para emta. Dalam bahasa Dayak Wehea, emta adalah ahli spiritual. 

Hari yang dinanti telah tiba. Para emta berdatangan membantu Dea Pey. Sebagai istri, Weluen Long mempersiapkan bahan-bahan untuk disajikan pada saat makan siang. Namun, dia tidak bisa menemukan lauk bersama sayur-mayur. 

Baca juga: Tradisi Unik Perkawinan Dayak Meratus Masih Lestari

Lauk Penyebab Petaka 

Kemudian Weluen Long bertanya kepada sang suami yang tengah bekerja di ladang. Dea Pey yang sebelumnya telah memancing ikan gabus, mengatakan untuk memotong ikan itu. Namun, Weluen Long termenung mendengar perkataan suaminya. Dalam pendengarannya, sang suami mengutusnya untuk memotong putri semata wayang mereka sebagai lauk makan siang. 

Dengan kebingungan luar biasa, Weluen Long berulang kembali memastikan dan bertanya kepada suaminya. Jawaban yang didengar Weluen Long tetap sama yaitu untuk memotong putri semata wayang mereka. Meski bingung, ia pun menuruti perintah suaminya. 

Weluen Long kemudian membunuh putri semata wayangnya. Setelah memotong tubuh dan memasaknya, ia meletakkan tulang belulang sang putri di samping tungku kompor. Sekembalinya bercocok tanam, Dea Pey dan para emta menyantap makan siang yang telah tersaji. 

Dea Pey tampak terlihat puas dengan santapan itu. Kemudian dia bertanya kepada istrinya mengenai apa yang disajikan untuk lauk. Dengan heran istrinya menjawab, “Bukankah kau memerintahkan saya untuk memotong anak kita dan menjadikannya lauk?”

Dea Pey terperanjat dan bergegas menuju dapur untuk menemukan deretan tulang belulang sang putri. Dirundung amarah, Dea Pey spontan menuangkan kuah sayur yang panas mendidih ke arah Weluen Long hingga kulitnya melepuh dan berbekas menjadi luka bakar.

Baca juga: Mengenal Aruh Baharin, Ritual Adat Dayak Meratus Halong

Kedatangan Sang Perungguk 

Setelah pertikain, Dea Pey kembali ke angkasa, ia kembali menjadi matahari. Sementara itu, Weluen Long terus mengobati luka bakar yang dideritanya. Salah satu luka di bagian punggungnya tak kunjung juga sembuh, bahkan lukanya mulai membusuk. 

Suatu seekor burung perungguk menemukan Weluen Long sedang terisak. Setelah menceritakan keadaannya ia meminta tolong kepada sang perungguk membersihkan sisa luka di punggungnya. Dengan iba, sang perungguk mulai membersihkan luka di punggung Weluen Long setiap hari. 

Seiring berjalannya waktu, perungguk mulai jatuh hati pada Weluen Long. Dia bahkan sampai mengutarakan niat memperistrinya. Namun, lamaran ini ditolak Weluen Long secara halus . Karena sudah terlanjur jatuh hati, perungguk tidak menerima penolakan Weluen Long.

Ia pun bersikeras tinggal dan menemani Weluen Long di pondok. Disisi lain Weluen Long telah memiliki niat pergi ke angkasa dan meninggalkan perungguk. Weluen Long pun memutar otak mencari cara meninggalkan perungguk. 

Gerhana Matahari

Untuk mengelabuhi perungguk, Weluen Long menyembunyikan sepotong bambu yang biasa ia gunakan untuk mencari kutu. Dia kemudian meminta perungguk untuk mencarinya di sekeliling pondok. Ketika perungguk sibuk mencari barang tersebut. Weluen Long terbang ke langit. 

Melihat hal itu, Perungguk berteriak marah dan mengejar Weluen Long yang terbang, namun tak sampai. Setelah itu, setiap merindukan Weluen Long, ia hanya bisa duduk termenung pada malam hari menunggu kemunculan bulan. 

Sementara itu, Weluen Long kembali menjelma menjadi bulan. Konon bekas luka bakar di punggung Weluen Long, menjadi permukaan tidak rata yang terdapat pada bulan. Setelah keduanya kembali ke angkasa, pertemuan antara Dea Pey dan Weluen Long tidak pernah terjadi. 

Konon keduanya hanya dapat bertemu saat gerhana matahari atau bulan. Terjadinya gerhana matahari atau bulan adalah gambaran dari Weluen Long yang berhasil mengejar Dea Pey untuk melepas rindu. Inilah cerita rakyat yang  masih lestari di kehidupan suku Dayak Wehea.

You Might Also Like

Kisah Tujuh Anak Lelaki dan Raksasa yang Baik Hati

Legenda Dewi Lanjar Penguasa Laut Utara Jawa

Legenda Pangeran Sambernyawa dan Histori Wonogiri

Legenda Putri Lumimuut, Kisah Asal-usul Etnis Minahasa

Kweiya, Legenda Burung Cantik Cendrawasih dari Papua

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Tradisi Bekayat Cara Membaca Hikayat Masyarakat Suku Sasak
Next Article Tari Jepen, Tarian Hiburan Khas Kutai dalam Pengobatan Raja
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?