By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tari Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala Masyarakat Madura
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Tari Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala Masyarakat Madura
Warisan Budaya

Tari Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala Masyarakat Madura

Anisa Kurniawati
Last updated: 06/12/2024 13:41
Anisa Kurniawati
Share
Atraksi tari Muang Snagkal. Foto: budaya-indonesia.org
SHARE

Salah satu ikon kesenian di Kabupaten Sumenep, Madura yang populer adalah Tari Muang Sangkal. Tarian ini dilakukan untuk ritual tolak bala atau menjauhkan dari mara bahaya masyarakat Madura. 

Secara harfiah Tari Muang Sangkal diambil dari kata Muang dan Sangkal. Kata Muang berarti membuang. Sedangkan kata Sangkal bagi masyarakat Sumenep diartikan sebagai penolakan atau karma. Artinya tarian itu untuk membuang balak atau petaka yang ada dalam diri seseorang.

Penari Perawan

Tari Muang Sangkal diciptakan seorang seniman yang berasal dari Sumenep, Madura, Provinsi Jawa Timur bernama Taufikurrachman. Tarian ini diciptakan untuk mengangkat kembali sejarah dari kehidupan Keraton Sumenep. Keberadaan Keraton Sumenep sendiri telah melahirkan tradisi budaya baik terkait dengan upacara adat maupun kesenian. 

Dikarenakan Kabupaten Sumenep belum mempunyai bentuk tarian yang dijadikan sebagai simbol atau ciri khas. Maka pada tahun 1962 , Taufikurrachman menciptakan tari Muang Sangkal. Salah satu ciri khas tarian ini adalah penarinya harus ganjil, dalam keadaan suci atau perawan tidak menstruasi. Para penari juga memegang mangkok kuningan yang berisi beras kuning dan aneka kembang. 

Baca juga: Pantai Lombang Sumenep, Eksotis dengan Cemara Udang

Penolak Bala

Tarian ini hanya ditarikan kaum perempuan saja. Selain itu, akan berhenti menjadi penari ketika sudah menikah atau tidak perawan lagi. Menurut fungsinya tarian ini bersifat religius, sakral dan agamis. Bagi masyarakat Madura, Tarian ini dianggap dapat menjauhkan dari mara bahaya atau buang sial. 

Namun perkembangannya berubah ketika keluar dari keraton. Fungsinya menjadi tontonan atau hiburan dalam berbagai hajatan pernikahan, upacara adat, dan juga acara penyambutan tamu besar. Secara simbolis, gerakan tari Muang Sangkal memiliki arti mendalam. 

Baca juga: Tari Topeng Patengteng, Tradisi Kawinkan Sumber Mata Air

Busana Pengantin

Pertunjukan Tari Muang Sangkal biasanya diawali dengan gerakan yang cepat berjalan beriringan menuju panggung. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan yang lebih halus. Gerakannya sambil membawa mangkuk kuningan, serta menaburkan kembang dengan lembut dan indah. 

Ketika penari menabur beras kuning, memiliki arti ungkapan doa agar diberi keselamatan dan terhindar dari bahaya. Selain itu, dari segi gerakan yang halus, anggun dan luwes menunjukkan sikap adhep asor atau rendah hati.

Kostum yang digunakan yaitu busana pengantin legha khas dari Sumenep, dengan perpaduan warna khas yakni merah, kuning dan hitam. Biasanya, tarian ini diiringi dengan alat musik gamelan khas Keraton. Gendhing yang digunakan diantaranya adalah gendhing sampak, gendhing oramba-orambe dan juga gendhing lainnya.

Saat ini, tarian ini masih terus dilestarikan. Tarian ini telah menjadi wujud kesadaran budaya masyarakat Madura. Tari Muang Sangkal masih tetap ditampilkan diberbagai acara seperti acara adat dan penyambutan tamu besar, festival budaya, baik itu di daerah maupun luar daerah.

You Might Also Like

Soto Bathok, Sajian Unik dengan Tempurung Kelapa Khas Mergolangu

Tari Rong Tek Banyumasan Kreasikan Bunyi Kentongan

Asah Strategi dan Kerja Sama Melalui Permainan Gobak Sodor

Gethuk Kethek, Jajanan Legendaris Salatiga

Menelusuri Kisah Kuliner Legendaris Gudeg Yogyakarta

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kebaya Diakui UNESCO Warisan Budaya Dunia Dari 5 Negara
Next Article museum probolinggo, Jawa Timur Museum Probolinggo Koleksi Jejak Sejarah Tempo Doeloe
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?