By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ritual Kebo-Keboan di Banyuwangi, Simbol Hormati Dewi Sri
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Ritual Kebo-Keboan di Banyuwangi, Simbol Hormati Dewi Sri
Tradisi

Ritual Kebo-Keboan di Banyuwangi, Simbol Hormati Dewi Sri

Achmad Aristyan
Last updated: 14/12/2024 08:15
Achmad Aristyan
Share
Prosesi ritual kebo-keboan, dimana orang yang berdandan layaknya kerbau sedang memperagakan kegiatan membajak sawah. Foto: indonesiakaya.com
SHARE

Daerah Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi yang kaya akan nilai spiritual dan budaya yang dikenal sebagai Kebo-Keboan. Tradisi ini merupakan seni peran yang menggambarkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah. 

Kata kebo-keboan sendiri berarti “kerbau tiruan,” merujuk pada para pelaku yang berdandan dan bertingkah seperti kerbau selama acara berlangsung.  

Asal-Usul Tradisi 

Dilansir dari indonesiakaya.com, tradisi Kebo-Keboan berakar dari kehidupan masyarakat Suku Osing di Banyuwangi dan telah diwariskan sejak abad ke-18 Masehi. Konon, tradisi ini lahir ketika wabah misterius menyerang manusia dan tanaman di Desa Alasmalang. 

Saat itu, sesepuh desa, Mbah Karti, mendapatkan petunjuk melalui semedi untuk menggelar syukuran dengan melibatkan petani yang berperan menjadi kerbau sebagai simbol penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran. Tradisi ini diyakini berhasil menghentikan wabah dan memulihkan hasil panen. 

Sejak itu, Kebo-Keboan rutin dilaksanakan setiap tahun pada Minggu pertama bulan Muharam atau Suro dalam penanggalan Jawa, sekitar tanggal 1 hingga 10.  

Kerbau dipilih sebagai simbol utama tradisi ini karena peranannya yang besar dalam kehidupan petani, terutama dalam membajak sawah. Selain itu, kerbau dianggap sebagai lambang kekuatan dan kerja keras yang membantu keberhasilan panen.  

Prosesi Tradisi 

Tradisi Kebo-Keboan hingga kini masih dilestarikan di dua desa di Banyuwangi, yaitu Desa Alasmalang dan Desa Aliyan, dengan alur pelaksanaan yang berbeda. 

Di Desa Alasmalang, rangkaian dimulai dengan pemilihan pemeran kebo-keboan yang dilakukan ketua adat, dilanjutkan dengan selamatan menggunakan 12 tumpeng yang melambangkan 12 bulan dalam setahun, 7 hari dalam seminggu, serta 5 pasaran dalam kalender Jawa. 

Setelah itu, manusia kerbau diarak mengelilingi desa dengan dipimpin tetua adat, diakhiri dengan pemberian benih padi kepada para petani.  

Sementara itu, di Desa Aliyan, pemilihan pemeran kebo-keboan dilakukan sehari sebelumnya melalui tanda-tanda spiritual, seperti kesurupan. Tradisi ini juga mencakup persiapan kubangan lumpur yang menjadi tempat manusia kerbau beraksi. 

Selain itu, terdapat arak-arakan manusia kerbau yang membawa tumpukan hasil panen sebagai simbol rasa syukur masyarakat setempat.  

Membawa Berkah

Kegiatan dimulai dengan doa bersama dan penyediaan sajen berupa tumpeng, ayam ingkung, serta perlengkapan lain seperti bibit padi dan hasil bumi. Para pemeran kebo-keboan berdandan unik dengan tubuh dilumuri oli hitam, tanduk buatan, dan rambut palsu. 

Mereka diarak keliling desa bersama pemeran Dewi Sri, yang membagikan benih padi kepada para petani. Acara mencapai puncaknya ketika manusia kerbau berguling-guling di kubangan lumpur, mencipratkan lumpur ke berbagai arah. 

Para petani berebut benih yang diyakini membawa berkah. Malam harinya, tradisi diakhiri dengan pertunjukan wayang kulit yang mengisahkan Dewi Sri.  

Kebo-Keboan bukan hanya bentuk ungkapan syukur, tetapi juga simbol penghormatan kepada leluhur dan kepercayaan pada kekuatan spiritual. Tradisi ini memperkuat identitas budaya masyarakat Banyuwangi sekaligus menarik wisatawan yang ingin menyaksikan keunikan dan kearifan lokal.  (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Melihat Pembersihan Diri Melalui Tradisi Cuci Negeri

Hama Tikus Ancam Panen, Gropyok Massal Digelar di Wonokerto Wonosobo

Waisak di Borobudur Akan Tampilkan 2569 Lampion dan Drone Show

Tumpeng Sewu, Tradisi Makan Bersama Suku Osing Banyuwangi

Keunikan Tradisi Ngarak Kebo Bule Masyarakat Kranggan Bekasi

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Gerak Tari Tandok Ekspresi Tradisi Agraris Suku Batak
Next Article KPU Ikuti Aturan Terkait Kepala Daerah Dipilih DPRD
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?