Museum Kereta Keraton menawarkan perjalanan menarik ke masa lalu, mengungkap kekayaan budaya dan sejarah Kesultanan Yogyakarta melalui koleksi kereta kudanya.
Museum ini menjadi salah satu destinasi yang bisa dikunjungi untuk memahami peran dan fungsi kereta kuda dalam kehidupan kerajaan dan tradisi Jawa.
Koleksi Ratusan Tahun
Berdiri sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, museum ini menyimpan berbagai jenis kereta kuda yang umurnya mencapai ratusan tahun.
Salah satu koleksi ikoniknya adalah Kereta Kyai Jongwiyat dan Kereta Kyai Puspoko Manik, yang keduanya memancarkan kemegahan kereta kerajaan di masa lampau.
Dilansir dari indonesiakaya.com, museum ini juga menyimpan Kereta Mondro Juwolo, yang pernah digunakan Pangeran Diponegoro, sosok pahlawan nasional yang menjadi simbol perjuangan rakyat Jawa melawan penjajahan.
Selain menjadi saksi sejarah, beberapa kereta kuda di museum ini masih aktif digunakan dalam upacara adat keraton, menandakan fungsinya yang tetap relevan hingga kini.
Jenis-Jenis Kereta Keraton
Museum ini memamerkan tiga jenis utama kereta keraton:
- Kereta Beroda Dua dengan Atap Terbuka digunakan untuk perjalanan singkat.
- Kereta Beroda Empat dengan Atap Terbuka digunakan untuk acara kerajaan bersifat formal.
- Kereta Beroda Empat dengan Atap Tertutup dipakai keluarga kerajaan untuk perjalanan pribadi.
Setiap kereta dirancang dengan detail yang mencerminkan seni dan keahlian pembuatnya, menggabungkan elemen estetika dan fungsionalitas.
Baca juga: Menggali Makna Sumbu Kosmologis Yogyakarta
Ritual Jamasan
Sebagai benda pusaka, kereta-kereta ini mendapatkan penghormatan khusus melalui ritual jamasan. Ritual ini mencakup kegiatan memandikan kereta, memberi sesajian, dan membacakan doa sebagai bentuk penghormatan kepada warisan budaya leluhur.
Jamasan dilakukan setiap tahun pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama di bulan Suro, menurut kalender Jawa.
Ritual ini berlangsung di dua tempat utama, yaitu Gedong Pusaka dan Museum Kereta Keraton, melibatkan masyarakat dan abdi dalem keraton yang turut menjaga kelestarian tradisi ini. (Dari berbagai sumber)