Di tengah tradisi menikmati bubur hangat di pagi hari, ada satu jenis bubur khas Betawi yang menyajikan sensasi berbeda, yaitu Bubur Ase. Bubur ini menawarkan perpaduan rasa manis, gurih, dan sedikit asam yang menggugah selera, menjadikannya pilihan unik dalam dunia kuliner.
Yang menarik, Bubur Ase disajikan dalam keadaan dingin, memberi pengalaman kuliner yang berbeda dari bubur pada umumnya yang biasa dinikmati hangat.
Muasal Nama Bubur Ase
Dilansir dari senibudayabetawi.com, nama “Bubur Ase” ternyata memiliki dua versi asal-usul yang menarik. Versi pertama berpendapat bahwa kata “ase” berasal dari bahasa Betawi yang merujuk pada kata AC atau dingin.
Hal ini karena Bubur Ase disajikan dalam keadaan dingin, berbeda dengan bubur lainnya yang biasa disajikan panas. Bahkan, lauk-pauk pendampingnya juga disajikan dalam kondisi dingin.
Namun, kuah yang dituangkan ke atas bubur harus panas, sehingga menciptakan percampuran rasa yang unik antara dingin dan hangat.
Versi kedua mengaitkan nama “ase” dengan singkatan dari asinan semur, yang merujuk pada bumbu dan lauk pendamping yang ada dalam Bubur Ase, seperti semur dan asinan.
Kedua versi ini menawarkan pandangan yang menarik tentang asal-usul nama Bubur Ase.
Akulturasi dalam Semangkuk Bubur Ase
Melansir dari Wikipedia, Bubur Ase memiliki akulturasi budaya di dalamnya. Kuliner ini hasil perpaduan tiga kebudayaan besar, yakni Tionghoa, Timur Tengah, dan Eropa. Pengaruh Tionghoa bisa dilihat dari penggunaan taoge, kecap, dan tahu dalam Bubur Ase.
Sementara itu, pengaruh Eropa terlihat dari hadirnya semur, masakan yang dikenal dari bahasa Belanda “smoor,” yang berarti hidangan yang direbus secara perlahan dengan bahan seperti tomat dan bawang. Bumbu semur yang kaya akan rempah juga mencerminkan pengaruh Timur Tengah, seperti penggunaan pala, merica, jahe, dan cengkih.
Ciri Khas Bubur Ase
Bubur Ase biasanya dinikmati sebagai menu sarapan, disajikan dengan kuah ase yang berisi potongan daging, kentang, tahu, atau telur. Kuahnya agak encer, namun rasa rempah yang kaya membuatnya tetap enak dan menggugah selera.
Selain itu, Bubur Ase juga disajikan dengan berbagai taburan, seperti kerupuk, kacang tanah goreng, kucai, kacang kedelai goreng, teri goreng, dan bawang merah goreng, yang menambah tekstur dan cita rasa pada hidangan ini.
Perpaduan rasa manis, gurih, dan sedikit asam dari kuah ase, ditambah dengan segarnya asinan, membuat setiap suapan Bubur Ase terasa istimewa. Rasa yang kaya ini menggambarkan bagaimana kuliner Betawi telah berkembang melalui akulturasi dan perpaduan berbagai tradisi yang ada.
Tempat Menemukan Bubur Ase
Meski tidak banyak ditemukan di luar daerah Betawi, Bubur Ase bisa dengan mudah dijumpai di kawasan seperti Kebon Kacang, Tanah Abang, dan Pasar Gandaria.
Walaupun keberadaannya tidak sepopuler kuliner lainnya, Bubur Ase tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat Betawi, khususnya yang berasal dari Betawi Tengah.
Selain itu, kuliner ini juga sering hadir dalam berbagai acara besar Jakarta, seperti Pekan Raya Jakarta, sebagai salah satu sajian khas yang menggugah selera. (Diolah dari berbagai sumber)