Di tengah lanskap persawahan bertingkat dengan sistem irigasi tradisional subak di wilayah Tampaksiring, Gianyar, Bali, terdapat situs bersejarah yang megah yaitu Candi Tebing Gunung Kawi.
Kompleks ini, yang terletak di tebing Sungai Tukad Pakerisan, terdiri atas 10 candi yang dipahat langsung pada batu pasir.
Keunikan dan kemegahannya menjadikannya saksi kejayaan Dinasti Warmadewa, khususnya pada masa pemerintahan Raja Udayana.
Sejarah dan Fungsi Candi
Melansir dari Wikipedia, Candi Tebing Gunung Kawi diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi, dimulai pada masa pemerintahan Raja Marakata Pangkaja (1025–1049 M) dan diselesaikan Raja Anak Wungsu (1049–1080 M).
Kompleks candi ini awalnya dirancang sebagai tempat pemujaan untuk Raja Udayana, pendiri Dinasti Warmadewa, yang dikenal sebagai penguasa bijaksana di Bali.
Prasasti Tengkulak dari tahun 945 Saka (1023 M) menyebut kawasan ini sebagai Amarawati, kompleks pertapaan suci. Keberadaan candi-candi di tebing ini terkait erat dengan ajaran Hindu-Buddha yang berkembang harmonis pada masa itu.
Tata Letak Candi
Kompleks Candi Tebing Gunung Kawi tersebar di tiga lokasi utama:
- Lima candi di sisi timur Sungai Tukad Pakerisan dianggap pusat utama, diperkirakan untuk Raja Udayana, Permaisuri Gunapriya Dharmapatni, dan ketiga anak mereka.
- Empat candi di sisi barat sungai, diduga tempat pemujaan bagi selir-selir Raja Udayana.
- Satu candi di sisi barat daya, berjarak 200 meter, diyakini bagi pejabat tinggi kerajaan.
Di antara kesepuluh candi, candi paling utara di sisi timur sungai dipercaya sebagai yang pertama dibangun. Hal ini didukung prasasti dengan tulisan “Haji Lumah Ing Jalu” yang berarti “Sang Raja dimakamkan di Jalu (Tukad Pakerisan).”
Keindahan dan Nilai Toleransi
Tidak hanya arsitektur Hindu yang mendominasi, kompleks ini juga menunjukkan pengaruh Buddha. Di sekitar candi Hindu terdapat ceruk-ceruk kecil sebagai tempat meditasi para penganut Buddha, menandakan harmoni keagamaan.
Sosok Empu Kuturan, penasihat utama Raja Anak Wungsu, juga memainkan peran penting dalam pengembangan kompleks ini.
Pesona Wisata dan Sejarah
Keindahan Candi Tebing Gunung Kawi tidak hanya terletak pada nilai historisnya, tetapi juga pada lanskap alaminya. Dikelilingi persawahan hijau dengan aliran air Tukad Pakerisan, suasana di sini memberikan pengalaman tersendiri.
Selain itu, situs ini mencerminkan kebijaksanaan kerajaan Bali kuno dalam menjaga keberagaman dan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan. (Dari berbagai sumber)