Seni tari tradisional, Tari Simo Gringsing berasal dari Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Tarian ini berlatar legenda tentang sosok Ki Ageng Gringsing yang memiliki kesaktian seperti dapat berubah menjadi simo atau harimau.
Kesenian dari wilayah Kecamatan Gringsingini merupakan tari garapan baru yang bersumber pada gerak tradisi masyarakat di Kabupaten Batang.
Legenda Ki Ageng Gringsing
Asal-Usul Tari Simo Gringsing tidak lepas dari legenda tentang sosok Ki Ageng Gringsing. Nama aslinya adalah Syekh Maulana Raden Abdullah Saleh Sungging. Dia adalah seorang pangeran yang mengembara dari daerah Gunungpati, Cirebon, Jawa Barat untuk menyebarkan agama Islam.
Dalam perjalanannya, Ki Ageng Gringsing bertemu seorang gadis yang berparas cantik bernama Nyai Gringsing. Dia adalah putri dari seorang ulama setempat yang bernama Syekh Agung Tholib.
Konon Nyai Gringsing bisa berubah menjadi ular besar. Sedangkan Ki Ageng Gringsing berubah menjadi sesosok simo atau harimau. Singkat cerita Ki Ageng Gringsing bertarung untuk mendapatkan hatinya dan menang.
Kemudian, setelah pernikahan mereka ajaran agama Islam diwilayah Gringsing ini semakin kuat dan tangguh. Hal ini dikarenakan kehebatan keduanya yang saling mengisi satu sama lainnya. Dari legenda inilah tercipta Tari Simo Gringsing.
Tarian ini sendiri diciptakan Yoyok Bambang Priambodo, pendiri Sanggar Greget Semarang. Kesenian ini tercipta atas keinginan Bupati Batang atas nama Pemerintah Kabupaten Batang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Mereka menginginkan adanya kesenian asli yang bisa direpresentasikan sebagai icon seni dan budaya kabupaten Batang. Oleh karena itu, tercipta Tari Simo Gringsing yang menggunakan tradisi gaya Surakarta, namun berdasarkan tari kerakyatan yang berkembang di Batang.
Tarian Tiga Bagian
Penampilan Tari Gringsing dikreasikan dengan tema kepahlawanan yang gagah, tegas, berani dan berwibawa. Meskipun begitu tetap disusun sesuai makna dan tujuan tari simo Gringsing.
Dalam penyajian, tarian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu maju beksan (ada 2 ragam gerak), beksan (ada 9 ragam gerak), dan mundur beksan. Iringan tari ini menggunakan gending gaya Surakarta dan Yogyakarta serta wilayah pesisir di Jawa Tengah sebagai dasarnya.
Sedangkan alat musik, Biasanya terdiri dari rebana, jidor, dan terompet. Tata rias dan busana juga menyesuaikan temanya yaitu menggunakan rias busana putra gagah agar sajiannya lebih menarik.