Masjid Raya Keramat Pulo Tengah adalah situs bersejarah penting bagi penyebaran agama dan perjuangan masyarakat Pulo Tengah. Dibangun pada akhir abad 18, bangunan ini mampu bertahan dari berbagai bencana besar. Sehingga dinamakan “keramat”.
Lokasinya berdekatan dengan Danau Kerinci, tepatnya di Dusun Koto Tuo, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Letaknya mudah dijangkau karena dekat dengan jalan raya. Banyak cerita sejarah dan mitos tentang masjid ini.
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, nama “Keramat” diberikan kepada masjid ini karena mampu bertahan dari berbagai bencana besar seperti gempa bumi dan kebakaran. Hal ini dianggap sebagai karomah atau mukjizat.
Sejarah Pembangunan
Masjid ini dibangun pada akhir abad ke-18, tepatnya tahun 1780. Pendirinya adalah Syekh Kuat, seorang buya dari Pulo Tengah. Awalnya, Syekh Kuat mendirikan surau, tetapi seiring bertambahnya jumlah penganut Islam di Pulo Tengah, ia memulai pembangunan masjid yang lebih besar.
Proses pembangunan dilakukan secara gotong royong dan selesai pada tahun 1785. Menurut cerita takmir setempat, awalnya masyarakat diundang untuk membantu. Tetapi mereka malah mundur karena merasa tidak mampu menangani bahan-bahan bangunan yang besar.
Kemudian Syekh Kuat menyarankan untuk melakukan ratib samaniyah dan adzan pada setiap tiang. Ajaibnya setelah itu, para pengikut Syekh Kuluyuh berhasil mengangkat tiang-tiang besar tersebut dengan mudah.
Pusat Perlawanan Belanda
Masjid ini juga menjadi pusat perlawanan terhadap Belanda. Masyarakat Pulo Tengah menggunakan masjid ini sebagai tempat perencanaan dan persembunyian para pejuang. Pada tahun 1903, Belanda pertama kali datang ke Kerinci, Desa Pulo Tengah.
Saat itu terjadi pertempuran yang membakar Desa Pulo Tengah. Namun Masjid Keramat tetap utuh. Belanda kemudian merenovasi masjid ini pada tahun 1927-1928, menambahkan unsur khas Belanda.
Bangunan Masjid Raya Keramat Pulo Tengah
Masjid memiliki atap tumpang bersusun tiga dan ukuran besar 27 x 27 meter, dengan dinding kayu yang sebagian telah diganti dengan beton. Lantai masjid yang awalnya terbuat dari papan kayu juga diganti menjadi lantai semen oleh Belanda.
Masjid ditopang 25 tiang sokoguru, dengan lima tiang utama di tengah. Salah satu keunikannya, tempat adzan yang berada di atas tiang utama, dan hiasan berbentuk buah-buahan khas Kerinci.
Mimbar masjid dihiasi dengan ukiran motif sulur-suluran dan tempelan tegel keramik, serta memiliki kubah berpuncak mustaka. Ruang mimbar, yang menyerupai menara kecil, merupakan hasil renovasi oleh Belanda pada tahun 1927, menambahkan sentuhan arsitektur khas mereka.