Salah satu kesenian tradisi yang masih populer di kalangan masyarakat Minangkabau yakni Batombe. Kesenian ini berupa seni berbalas pantun diiringi alat musik rabab. Isi pantunnya menggambarkan perasaan dan cerita kehidupan.
Kata “batombe” berasal dari kata “ba” (awalan) dan “tombe” (pantun). Kesenian ini berasal dari Nagari Abai, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Tombe memiliki tiga makna: tiang atau tegak, musyawarah atau mufakat, dan bersatu.
Sejarah Batombe
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tidak diketahui pasti batombe mulai eksis. Konon, tradisi ini muncul saat gotong royong membangun rumah gadang atau masjid. Suatu ketika, terdapat kayu besar yang tidak bisa dipindahkan.
Para perempuan yang bertugas menyiapkan bekal, kemudian berpantun untuk menyemangati pria yang bekerja. Secara ajaib kayu itu akhirnya bisa dipindahkan. Sejak saat itu, berbalas pantun menjadi tradisi dalam berbagai kegiatan.
Batombe sering diadakan dalam acara perhelatan yang diorganisasi pemilik acara, atau sipangkalan. Sipangkalan bertanggung jawab atas persiapan acara, termasuk tempat, undangan, dan peralatan.
Kesenian ini biasanya tidak menggunakan teks pantun, melainkan mengalir secara spontan, dengan iringan musik monoton. Pendendang bisa siapa saja yang memiliki banyak pantun, tanpa batasan usia atau pendidikan khusus.
Pentas Tradisi Batombe
Kesenian dinggap simbol kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat Minang. Batombe dimainkan dua pria dan wanita, atau berkelompok. Para pemainnya disebut pendendang, dengan pendendang utama berperan sebagai pengiring.
Iringan batombe menggunakan rabab. Para pemain batombe mengenakan pakaian khusus, baju guntiang cino dan celana galembong tapak itiak. Warnanya beragam, ada merah, hijau, dan hitam.
Pakaian dilengkapi ikat kepala kuning keemasan, dan kain yang diikatkan di pinggang (sisampiang). Pada leher dan lengan baju terdapat hiasan sulaman benang emas (benang makao).
Pantun dalam batombe biasanya memuat cerita kehidupan sehari-hari. Isinya menggambarkan perasaan dan cerita kehidupan seperti cinta, kesedihan, semangat, dan lainnya, penuh dengan kata kiasan dan ungkapan hati.
Isi Pantun Mengikuti Zaman
Kini, batombe telah berkembang dalam berbagai acara seperti pernikahan, pembangunan rumah, dan penyambutan tamu. Ada pula modifikasi dalam aksesori dan musik pengiring sesuai dengan perkembangan zaman dan selera masyarakat.
Selain itu isi pantun juga lebih beragam. Tujuannya untuk memperluas fungsi hiburan dari seni berbalas pantun ini. Sehingga dapat lebih masuk ke selera masyarakat agar tradisi berbalas pantun ini tetap lestari.