By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Syekh Yusuf Al-Makassari, Pahlawan Nasional Dua Negara
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Syekh Yusuf Al-Makassari, Pahlawan Nasional Dua Negara
Profil

Syekh Yusuf Al-Makassari, Pahlawan Nasional Dua Negara

Anisa Kurniawati
Last updated: 20/01/2025 04:36
Anisa Kurniawati
Share
Syaikh Yusuf Al-Makasari adalah seorang ulama, mufti, pendiri tarekat, pejuang, dan penulis yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Foto: Tangkapan lawar youtube Roots of History
SHARE

Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani, atau dikenal sebagai Syekh Yusuf Al-Makassari, adalah seorang ulama, sufi, pejuang dan pahlawan nasional asal Sulawesi Selatan.

Sufi ini pun menjadi pahlawan nasional yang diakui Indonesia dan Afrika Selatan. 

Ulama ini, lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 3 Juli 1626. Sosoknya tidak hanya dikenal berjuang menyebarkan agama Islam saja. Namun juga berperan aktif dalam melawan penjajahan Belanda.

Aktif Menjadi Pejuang

Sejak usia muda, ia mendalami ilmu agama dan tasawuf, yang membawanya mengembara ke berbagai daerah, termasuk Banten, Aceh, Yaman, Madinah, dan Suriah. Dalam perjalanannya, Syekh Yusuf memutuskan berhijrah ke Banten

Di Banten, perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassar dimulai. Ketika itu dia bertemu dengan Sultan Ageng Tirtayasa yang kemudian menjadi sahabatnya.

Untuk mempererat hubungan mereka, Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan. Mereka dikaruniai dua putra yaitu, Pangeran Purbaya dan Abdul Qahhar.

Mereka berdua berperan aktif dalam perlawanan melawan penjajahan Belanda.

Disebutkan Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat (2015), Syekh Yusuf dikenal sebagai mujahid penentang Belanda, selain penyebar tarekat Khalwatiyah.

Di Asingkan ke Afrika Selatan

Pada 1682, Kesultanan Banten dikalahkan Belanda. Syekh Yusuf ditangkap dan awalnya di penjara di Batavia. Syekh Yusuf dianggap sebagai wali dan populer oleh warga muslim Batavia sehingga tempat penahanannya ramai dikunjungi.

Maka dari itu, dia pun diasingkan ke Ceylon, Sri Lanka pada 1684. Meskipun diasingkan, Syekh Yusuf terus berdakwah dan memiliki banyak pengikut. Dia juga menyibukkan diri dengan menulis buku. 

Karena pendekatannya yang bersahabat, tidak sedikit warga Sri Lanka beralih memeluk Islam. VOC menilai pengaruh Syekh Yusuf masih sangat besar di tanah pengasingannya itu.

Jadilah ia diasingkan ke lebih jauh, ke Cape Town, Afrika Selatan pada 1693.

Dihormati Nelson Mandela

Di Cape Town, Afrika Selatan, Syekh Yusuf Al-Makassari tetap menyebarkan ajaran Islam dan menjadi inspirasi bagi komunitas Muslim setempat. Dia membawa banyak perubahan dan menginspirasi lewat ajaran-jarannya. 

Pengaruhnya begitu besar sehingga Nelson Mandela menjadikannya panutan dalam perjuangan melawan apartheid. Nelson menghormati Syekh Yusuf sebagai seorang pejuang yang gigih dan pemimpin spiritual yang berani.

Pemerintah Afrika Selatan juga memberi gelar pahlawan pada 23 September 2005. Mandela menyebut Syekh Yusuf sebagai “Salah Seorang Putra Afrika Terbaik”. Pada 23 Mei 1699 Syekh Yusuf meninggal di Cape Town.

Untuk menghormati jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada 7 Agustus 1995. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Jejak Kreativitas Augustin Sibarani di Dunia Karikatur Indonesia

Olahan Bunga Telang Sebagai Inovasi KWT Giling Wesi Makmur Sawangan

Reas, Mengukir Identitas Lokal Lewat Seni Grafiti di Yogyakarta

Soesalit Djojoadhiningrat, Anak Kartini yang Terlupakan

Petos Krezz UD Hikmah, Camilan Kripik Tempe Atos Khas Wonosobo

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Melihat Sejarah Kehidupan Sulawesi Selatan di Museum La Galigo
Next Article Tari Singo Ulung, Kesenian Ikonik Bermakna Dari Bondowoso
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?