By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menggali Kekayaan Seni Gorontalo Melalui Alat Musik Polopalo
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Menggali Kekayaan Seni Gorontalo Melalui Alat Musik Polopalo
Warisan Budaya

Menggali Kekayaan Seni Gorontalo Melalui Alat Musik Polopalo

Anisa Kurniawati
Last updated: 21/01/2025 15:37
Anisa Kurniawati
Share
Dua orang sedang memainkan alat musik polopalo. Foto: wikimedia commons/ Marwan Mohamad
SHARE

Alat musik tradisional khas Gorontalo yakni Polopalo ternyata memiliki sejarah yang panjang. Polopalo terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai garputala.

Dinamakan polopalo karena berasal dari kata polo-polopalo yang artinya bergetar nyaring. Cara memainkannya dengan dipukul-pukulkan pada bagian lutut atau tubuh pemainnya. 

Alat musik ini terbuat dari bambu khusus yakni bambu talilo huidu. Jenis bambu ini memiliki kadar air rendah sehingga kualitas bunyi yang dihasilkan baik. 

Polopalo memiliki panjang sekitar 31 cm dengan diameter lingkaran bambu sekitar 9 cm–17 cm. Ukurannya ada yang besar, sedang, dan kecil. Semakin kecil ukuran polopalo, maka nada yang dihasilkan juga semakin tinggi.

Sejarah Polopalo

Dahulu, alat musik polopalo bernama tonggobi dan digunakan sebagai alat komunikasi. Para petani juga memakai alat musik ini sebagai pengusir burung atau hewan buas perusak tanaman.

Hal ini karena polopalo mampu menghasilkan suara dengan jangkauan frekuensi yang jauh. Bunyi alat musik ini juga sebagai penanda waktu berbuka puasa dan sahur di bulan Ramadhan. 

Menurut budayawan Gorontalo Mohamad Ichsan, Polopalo merupakan representasi perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Hal ini dapat dilihat dari bentuk ujungnya yang runcing.

Tahun 1980-an, seniman Rusdin Palada berinisiatif menjadikan polopalo sebagai alat musik. Dia memodifikasi bentuk moncong lebih tipis atau memperbesar lubang dan gagangnya.

Pada tahun 2004, bersama dengan Rivai Humonggio, Rusdin Palada memainkan alat musik ini pertama kalinya di TVRI. Bahkan menampilkan alat musik ini di negara Austria tahun 2007.

Alat Musik Polopalo

Alat musik polopalo dimainkan dengan memukul-mukulkannya pada lutut atau bagian tubuh lain para pemainnya. Hal itu akan membuat alat musik ini bergetar dan menghasilkan bunyi. Biasanya alat musik ini digunakan sebagai pengiring. 

Selain itu, polopalo juga dilengkapi dengan pemukul kayu yang dilapisi karet. Tujuannya menggantikan fungsi tubuh, agar mudah dimainkan dan menghasilkan suara yang semakin nyaring. Misalkan pengiring alat musik seperti suling, string bass, rebana/gendang dan maracas. 

Alat musik Polopalo. Foto: rri.co.id

Instrumen ini juga sering dimainkan di pentas tari tradisional Gorontalo  yaitu Tidi Lo Polopalo.

Polopalo bukan sekadar alat musik biasa, tetapi juga memuat nilai-nilai yang mendalam dalam relasi sosial masyarakat. Akademisi Sastra dan Budaya, Rahmawati, menyebut alat musik ini merupakan simbol kehidupan masyarakat Gorontalo.

Alat musik ini menyimbolkan masyarakat Gorontalo yang semangat bekerja keras, gotong royong, dan saling menghargai satu sama lain. Kini Polopalo telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan budaya masyarakat Gorontalo. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Lalove, Alat Musik Penyembuh Suku Kaili Sulawesi Tengah

Memahami Filosofi di Balik Gerakan dan Kostum Tari Merak

Lodong Gejlig Tasikmalaya, Alat Musik dari Wadah Air Nira

Mi Ongklok Longkrang: Ikon Kuliner Wonosobo Sejak 1975

Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Pelajaran Hidup Dari Kisah Bawang Merah Bawang Putih
Next Article Festival Lagu Melayu Serumpun 2025: Hidupkan Warisan Budaya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?