Batu Akik adalah warisan kekayaan alam yang luar biasa. Telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Pesonanya dan keindahannya selalu memikat hati, hingga batu akik terus diburu dan menjadi koleksi pribadi para pecinta batu.
Batu akik adalah batu mineral yang terbentuk secara alami dari proses geologi. Untuk mencari batu akik di Indonesia tidak susah, karena umumnya wilayah daratan di Tanah Air merupakan daerah pegunungan api.
Biasanya batu ini bisa ditemukan di berbagai daerah Indonesia yang banyak aktivitas vulkanik atau gunung berapi. Selain itu bisa juga ditemukan di daerah dekat pegunungan atau sungai karena batu akik ini bisa berpindah terbawa air.
Setiap Batu Memiliki Cerita Tersendiri
Setiap batu memiliki cerita, bentuk dan keunikan tersendiri hingga banyak yang mengoleksinya. Salah satu pengoleksinya adalah Saryono, warga kampung Campursari, Desa Jaraksari, Wonosobo.
Dia adalah seorang pensiunan Lembaga Pemasyarakatan yang saat ini berusia 72 tahun.
Sejak muda, Saryono sudah hobi mengoleksi batu akik. Dia juga disebut kolekdol yang artinya kolektor sambil didol (dijual). Kegemarannya dengan batu ini berawal ketika dia menjalani pendidikan di Nusa Kambangan.
“Waktu itu pendidikan, kebetulan di sana para napi itu membuat akik digosok secara manual. Nah, siapa yang lihat atau mau bisanya beli, boleh. Harganya murah waktu itu. Waktu itu cuma khusus batu Nusa Kambangan. Nah, sejak itu saya terus senang, lanjut sampai sekarang” jelas Saryono.
Ada banyak sekali jenis batu yang dikoleksi Saryono mulai dari jenis batu jawa. Namanya juga macam-macam seperti Sulaiman, Srowot, Yingyang, Kelawing. Bahkan ada juga batu permata seperti Ruby, Blue safir, Kalimaya.
Baca juga: Artefak dan Struktur Kuno Candi Lesung Batu di Sumatera Selatan
Meski Meredup, Akik masih diburu Kolektor
Koleksinya sudah tak ternilai harganya. Dia mengoleksi batu-batu unik itu dari berbagai kota. Jika dia singgah di suatu kota, pasti hal yang dicari pertama adalah batu akik.
Batu yang dikoleksinya juga unik, ada yang bermotif seperti topeng, tulisan, dan motif abstrak.
Harganya juga bervariasi. Menutur penuturannya, ketika batu akik masih populer-populernya, harganya bisa bisa mencapai 15 sampai 20 juta. Kalau sekarang relatif murah sekira100 ribu-an.
Akik termahal yang Saryono pernah dihargai 3 juta rupiah.
Meski batu unik ini sering dikaitkan dengan hal yang mistis, Saryono mengaku tidak pernah melihatnya seperti itu. Dia melihat cincin akik hanya sebagai pemanis jari dan barang seni saja.
Hingga saat ini, meski aura batu yang dulu diburu itu meredup namun Saryono masih menyukainya.
“Populer, bagi penggemar saja. Sekarang yang masih aktif, berarti yang benar-benar masih suka. Masih jalan, tapi lambat. Kalau dulu cepat perputarannya. Kalau sekarang ya sekarang sekadar untuk menyambung silaturahmi, supaya bisa saling berkunjung” pungkas Saryono.