Keunikan budaya masyarakat Suku Bajo di Desa Torosiaje, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, tidak hanya terlihat dari cara hidup mereka yang dekat dengan laut. Tetapi juga dalam ritual mereka, yaitu tradisi Tiba Anca.
Tradisi ini dilakukan bertujuan untuk pengobatan, pencarian orang hilang, dan kemudahan rezeki.
Bagi suku Bajo, laut merupakan sumber kehidupan. Mereka mempercayai bahwa ada penguasa laut yang mengatur kehidupan mereka. Bagi mereka laut adalah sumber makanan, transportasi, pengobatan, tempat tinggal, hingga sumber kebaikan dan keburukan.
Rangkaian Prosesi Tiba Pinah
Prosesi ini merupakan bagian dari rangkaian acara tradisi Tiba Pinah yang membutuhkan berbagai bahan seperti pinang, telur, sirih, gambir, nasi, dan rokok.
Tradisi ini tidak hanya dilaksanakan di laut, tetapi juga di daratan. Menurut kepercayaan warga setempat, Tradisi ini dilaksanakan karena manusia telah membuat makhluk halus resah.
Manusia telah seenaknya di laut dan manusia juga sudah banyak mendapatkan hasil laut, maka harus ada timbal balik kepada penjaga laut. Jika ritual ini tidak dilakukan konon, warga akan sakit-sakitan, pendapatan menurun, hingga berakibat kematian.
Selama ritual, ada pantang yang harus ditaati. Misalkan tidak turun melaut selama tiga malam. Alasannya karena dikhawatirkan mengganggu penjaga laut ketika menikmati sesajen.
Ritual dimulai dengan menata bahan-bahan di atas piring. Kemudian dupa dibakar di arang yang ada dalam wadah tanah liat. Pemimpin ritual kemudian mengambil air dan meletakkannya di atas arang mengenai asap.
Sambil membacakan mantra-mantra, air itu diputar mengelilingi asap sebanyak empat kali melawan arah jarum jam. Proses selanjutnya yaitu bahan-bahan tadi dibawa ke perahu untuk nantinya dibuang di tempat yang sudah diarahkan.
Selama di perjalanan, terdapat pantangan yang harus dihindari yakni dilarang berisik dan berkata kotor. Biasanya dilakukan di laut yang tenang di gugusan karang.
Suku Bajo mempercayai bahwa di gugusan karang merupakan tempat bersemayam arwah para leluhur. Sambil mengucapkan mantra, sesajian di tumpahkan ke permukaan laut secara perlahan, mengakhiri ritual.
Baca juga: Tradisi Pengusir Pageblug Melalui Kesenian Dongkrek Madiun
Peran Ritual dalam Pelestarian Lingkungan
Tradisi Tiba Pinah juga dipercaya menjaga keseimbangan alam dan berkontribusi pada kelestarian lingkungan. Hutan mangrove di sekitar Torosiaje menjadi salah satu lokasi utama pelaksanaan ritual, di mana beberapa titik dikeramatkan dan dijadikan hutan larangan.
Masyarakat dilarang menebang pohon mangrove di area itu, yang membantu menjaga ekosistem hutan mangrove. Ritual ini bukan sekadar upaya penyembuhan, tetapi juga menjadi sarana perlindungan bagi hutan mangrove.
Kearifan lokal seperti yang dimiliki Suku Bajo membuktikan bahwa budaya dan tradisi dapat menjadi bagian dari strategi pelestarian lingkungan.
Selain menjaga ritual-ritual yang telah diwariskan turun-temurun, masyarakat juga ikut menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi sumber kehidupan mereka. (Dari berbagai sumber)