By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Rumah Adat Honai Papua yang Terinspirasi Sarang Burung
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Rumah Adat Honai Papua yang Terinspirasi Sarang Burung
Warisan Budaya

Rumah Adat Honai Papua yang Terinspirasi Sarang Burung

Anisa Kurniawati
Last updated: 18/02/2025 03:01
Anisa Kurniawati
Share
Inspirasi bentuk rumah Honai berasal dari cara burung membuat sarang untuk melindungi telur-telurnya. Foto: Wikimedia Commons/Irfantraveller
SHARE

Salah satu rumah tradisional di Indonesia yang sangat populer dan memiliki keunikan tersendiri yakni Honai, rumah adat suku Dani yang bermukim di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Keberadaan rumah Honai dapat ditemukan di berbagai lembah dan pegunungan di tengah Pulau Papua. Khususnya pada ketinggian 1.600–1.700 meter di atas permukaan laut. Wilayah ii dihuni suku Dani, suku Yali dan suku Lani.

Asal Mula Rumah Honai

Honai merupakan hasil kreativitas suku Dani yang sebelumnya hidup di bawah pohon-pohon besar. Namun, kondisi alam yang tidak menentu mendorong mereka untuk membangun tempat tinggal yang lebih kokoh dan nyaman. 

Inspirasi bentuk rumah Honai berasal dari cara burung membuat sarang untuk melindungi telurnya.

Suku Dani mengamati bagaimana burung mengumpulkan ranting dan rumput kering, lalu membentuknya menjadi sarang berbentuk bulat sebagai perlindungan. 

Ciri Khas dan Struktur Rumah Honai

Dilansir dari Indonesia.go.id, rumah Honai memiliki bentuk unik menyerupai jamur dengan struktur dasar berbentuk lingkaran. Jika dilihat dari udara, Honai tampak seperti jajaran jamur berwarna cokelat kehitaman menghiasi lembah. 

Dindingnya terbuat dari anyaman kayu, sementara atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami dan lantainya dari tanah. Tinggi rumah ini hanya sekitar 2,5 meter. Materialnya sepenuhnya berasal dari alam dan dapat diperbarui. 

Desain rumah ini juga sangat fungsional. Atapnya menutup hingga ke bawah untuk melindungi dinding dari hujan serta menjaga suhu dalam rumah tetap hangat. Tidak adanya jendela juga merupakan strategi untuk menahan udara dingin.

Rumah ini hanya memiliki satu pintu sebagai akses keluar-masuk. Ventilasinya kecil, sehingga tetap aman dari gangguan binatang liar. Meskipun terlihat mungil dari luar, bagian dalam Honai memiliki dua lantai dengan fungsi yang berbeda. 

Lantai pertama digunakan sebagai tempat tidur, sementara lantai kedua berfungsi sebagai ruang bersantai, makan, dan melakukan aktivitas keluarga lainnya.

Di tengah rumah terdapat lubang tanah yang berfungsi sebagai tungku untuk memasak serta menghangatkan ruangan. 

Filosofi Honai

Dalam tradisi suku Dani, rumah Honai hanya dihuni kaum laki-laki. Sementara rumah bagi perempuan disebut rumah Ebei, dan kandang ternak dinamakan Wamai. Ketiga jenis rumah ini bentuknya serupa.

Namun ukuran Honai yang diperuntukkan bagi laki-laki dibuat lebih tinggi. Selain sebagai tempat tinggal, Honai digunakan menjadi tempat penyimpanan peralatan perang dan berburu. 

Selain itu sebagai pusat pelatihan bagi anak laki-laki hingga menjadi lokasi penyusunan strategi perang. Di dalamnya juga disimpan berbagai simbol dan peralatan warisan leluhur yang memiliki nilai historis dan budaya tinggi.

Honai juga digunakan untuk menyimpan hasil panen umbi-umbian dan pengasapan mumi. Salah satu tempat yang terkenal dengan fungsi ini adalah Kampung Desa Kerulu dan Desa Aikima. Tempat itu terdapat dua mumi paling terkenal di Lembah Baliem.

You Might Also Like

Candi Lor Nganjuk Resmi Jadi Cagar Budaya, Begini Sejarahnya

Melestarikan Warisan Budaya Limau Baronggeh dan Saluang Pauh

Menyaksikan Lagi Keunikan Kampung Adat Sade Lombok, NTP

Situs Giri Kedaton Gresik, Saksi Sejarah Peradaban Masa Lalu

Desa Klampok: Warisan Sejarah di Tepian Sungai Serayu

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Rekomendasi Penginapan Bernuansa Pedesaan di Wonosobo
Next Article Belajar Mendaki bagi Pendaki Pemula di Gunung Cilik Wonosobo
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?