Akbar Daffa Raharja, adalah petani muda Wonosobo yang mengenalkan pertanian dengan sistem smart greenhouse. Tidak hanya bergerak di bidang pertanian, namun juga usahanya merambah ke persewaan, pengelolaan, hingga landscaping lahan pertanian.
Melalui Akar Kreasi Nuswantara, Akbar Daffa (25) mengembangkan usaha milik orang tuanya menjadi lebih terkorporasi. Sebagai seorang lulusan teknik industri, Daffa awalnya tidak pernah terfikir untuk mendalami usaha pertanian.
“Setiap kali melihat bapak petani, pasti ada keinginan untuk bertani. Tapi nggak setertarik seperti sekarang ini. Karena dulu saya masih ambisius untuk kerja di kota besar.” kata Daffa.
Kembali ke Wonosobo
Sebelum menekuni usaha pertanian, Daffa sendiri adalah mahasiswa UII (Universitas Islam Indonesia) jurusan Teknik Industri. Sebelum lulus kuliah, dia pernah mendirikan jasa agensi kreatif. Karena wabah Covid-19, dia kemudian pulang ke Wonosobo.
Menurut penuturannya, karena orang tua nya memiliki usaha pertanian, dia ingin membuat usaha dengan branding yang lebih menarik.
“Karena ada bekal dulu di agensi, jadi saya pingin perusahaan jadi lebih catchy, lebih menarik. Dari situlah, saya mulai riset pertanian kayak apa. Awalnya cuma dari bisnis belum ke operasionalnya.” jelas Daffa.
Pada Desember 2020, berdirilah Akar Kreasi Nuswantara dimana Akbar Daffa sebagai founder dan pimpinannya. Selain pembibitan sebagai bisnis utamanya, Akar Kreasi Nuswantara juga bergerak di bidang persewaan alat-alat pertanian, penanaman dan pengelolaan, hingga lanskaping lahan pertanian.

Tantangan dan Kesulitan
Di tahun-tahun pertama, menurut penuturan Daffa, dia hanya mengurus bisnis development-nya saja. Baru kemudian di tahun kedua, ketiga dia ikut mengurus bagian operasional. Pada awalnya dia mengaku kesulitan.
“Karena tanaman itu hidup, jadi kita harus tahu apa yang mereka butuhkan. Di tahun pertama, tahun kedua, saya nanam cabai mati, nanam ini, itu mati. Nah setelah empat tahun setengah ini akhirnya sedikit banyak bisa ngobrol sama tanaman.” jelas Daffa.
Ketertarikan Daffa menjadi petani dikarenakan previlege yang dia punya. Dengan ilmu yang dia dapat dari kampus dan dari orang tuanya dia mengembangkan usaha pertanian menjadi lebih terkorporasi.
“Karena previlege, bapak punya kemampuan petani yang Advanced. Terus, bapak juga terbuka. Saya yang waktu itu masih kayak gak mau jadi petani segala macem. Pelan-pelan dikasih wejangan. Akhirnya dari ilmu yang saya dapat di kampus, dan ilmu bapak. Kayaknya kok ketemu dan ternyata bisa kok. “ jelasnya.
Baca juga: Akar Kreasi Nuswantara, Greenhouse Berkonsep Smart Farming
Kenalkan Smart Greenhouse
Melalui Akar Kreasi Nuswantara, Akbar Daffa juga mengembangkan smart greenhouse dengan teknologi masa pertanian masa kini. Mulai dari sistem irigasi, pemupukan semuanya telah menggunakan sensor otomatis yang telah disetting waktunya.
Lebih mudahnya lagi semua itu bisa dikontrol dimana saja dengan perangkat mobile. Tekniknya sendiri, untuk tanaman yang sedang tumbuh saat ini, dia menggunakan teknik hidroponik dengan dutch bucket dan drip sistem.

Namun, meski sudah menerapkan teknologi masih terdapat tantangan yang dihadapi petani. Menurut penjelasan Akbar Daffa, harga menjadi salah satu kendala yang umum dialami.
“Yang agak susah di kita itu sebenarnya tahu harga di lapangan waktu kita panen. Karena agak random. Itu kendala umum petani sebenarnya. Makanya kadang kita mengambil kontrak ke perusahaan untuk Oh tahu nih kalau kita produksi segini, harga panennya segini. “ kata Daffa.
Kedepannya, dia berharap supaya pertanian di Indonesia semakin bagus. Selain itu, dia juga berharap tata niaga pertanian dari produksi hingga pasca produksi bisa lebih diperbaiki dan ada solusi yang lebih baik.