SDN 2 Karangduwur merupakan salah satu sekolah yang masih mengenalkan pendidikan dan budaya lokal di tengah lingkungan masyarakat yang religius. Hal ini diapresiasi Rusiyah, Pengawas Satuan Pendidikan yang juga menjabat sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Bidang Pendidikan Kecamatan Kalikajar.
Lokasinya berada di Kawangen, Karangduwur, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. SD N 2 Karangduwur mengalami banyak perubahan signifikan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
“SD 2 Karangduwur itu 10 tahun yang lalu memang menjadi sekolah yang banyak PR yang harus dikerjakan. Sehingga ada kebijakan untuk mengganti atau merotasi guru kepala sekolahnya dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah ini.” kata Rusiyah, Pengawas Satuan Pendidikan dan Koordinator Wilayah (Korwil) Bidang Pendidikan Kecamatan Kalikajar.
Perubahan SDN 2 Karangduwur
Rusiyah mengungkapkan bahwa SD 2 Karangduwur dahulu merupakan sekolah dengan berbagai tantangan besar. Sekitar sepuluh tahun lalu, sekolah ini menghadapi tiga masalah utama. Pertama, rendahnya partisipasi masyarakat, kualitas pendidikan yang masih tertinggal dibanding sekolah lain di wilayah tersebut, dan jumlah siswa yang sangat sedikit.
Namun kini, jumlah murid telah meningkat menjadi 93, yang menunjukkan adanya perkembangan positif. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah dengan merotasi kepala sekolah dan guru-guru sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Baca juga: SD Negeri 2 Karangduwur, Sekolah di Tengah Masyarakat Agamis dengan Semangat Pelestarian Budaya
Pelestarian Budaya
Selain aspek akademik, Rusiyah juga menyoroti pentingnya pelestarian budaya lokal di lingkungan sekolah. Ia menegaskan bahwa budaya masyarakat harus dijadikan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar.
“Budaya itu memang melekat antara budaya masyarakat dengan budaya yang ada di sekolah. Dan embrionya adalah masyarakat. Sehingga ini perlu dilestarikan melalui kegiatan yang ada di sekolah. Terutama di mata pelajaran-mata pelajaran yang berorientasi pada akar budaya.” ujarnya dalam wawancara setelah acara penilaian kinerja Kepala Sekolah
Budaya, menurutnya, bukan hanya sebagai nilai tradisional yang diwariskan, tetapi juga harus menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Program seperti P5 menjadi wadah konkret untuk mengenalkan budaya lokal kepada siswa.
Di SD 2 Karangduwur sendiri mendukung pelestarian budaya, dengan menerapkan kegiatan yang sesuai karakter masyarakatnya yang agamis. Kegiatan seperti pengajian, sholat dhuha, hafalan surat, membaca hingga khataman Al-Qur’an.
Sekolah ini juga mengenalkan permainan tradisional ke anak-anak. Diantaranya seperti permainan egrang, lompat tali, congklak, kelereng, dan lainnya. Sopan santun juga menjadi salah satu nilai utama yang ditanamkan di sekolah.
Baca juga: SD Negeri Selomerto, Menjaga Akar Budaya Jawa Melalui Pendidikan
Siswa dan guru terbiasa menyambut dengan saling memberikan salam. Tradisi ini juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan emosional. Rusiyah berharap upaya ini terus berlanjut agar kultur budaya lokal tetap lestari dan menjadi ciri khas dari masing-masing sekolah.
Ia juga mendorong agar setiap sekolah mampu menggali dan mengintegrasikan kekayaan budaya setempat ke dalam kurikulum pendidikan, menjadikannya sebagai identitas yang kuat dan membedakan dari daerah lain.
“Mungkin di Karangduwur ini ada budaya yang sangat kental dengan masyarakat, sehingga perlu dikembangkan di sekolah ini. Harapannya budaya tetap lestari, memiliki ciri khas dari sekolah atau desa itu sebagai budaya yang mengakar” pungkas Rusiyah.