Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meresmikan Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG) pada Jumat (23/5) di kawasan Embung Giwangan, Yogyakarta. Peresmian ini menjadi tonggak penting hadirnya ruang publik baru yang menggabungkan fungsi ekologis dan kultural di wilayah selatan kota.
Dalam sambutannya, Sri Sultan menekankan pentingnya pembangunan kota secara menyeluruh. Ia menyatakan bahwa aspek fisik, ekologis, dan budaya harus berjalan selaras dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
“Kita tidak bisa berbicara tentang masa depan tanpa merawat alam, dan tidak bisa merawat nilai hidup tanpa menghidupkan budaya. Keduanya saling menguatkan, dan keduanya harus hadir dalam ruang hidup kita sehari-hari,” ungkap Sri Sultan dilansir dari jogjaprov.go.id.
Taman Budaya Embung Giwangan, menurutnya, dirancang untuk menjadi pusat aktivitas masyarakat yang menyatukan pelestarian seni dan tradisi dengan kegiatan rekreasi. “Di satu sisi menyimpan air, di sisi lain mengalirkan gagasan,” tambahnya.
Baca juga: Nawal Arafah Ajak Bunda PAUD dan Literasi se-Jateng Aktif Dorong Pendidikan dan Literasi
Sri Sultan juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkolaborasi menghidupkan kawasan ini dengan semangat gotong royong, cinta seni, dan kepedulian terhadap lingkungan. Ia berharap TBEG tidak hanya menjadi tempat kunjungan semata, melainkan menjadi ruang yang aktif, penuh kreativitas, dan partisipatif.

Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, dalam laporannya menyampaikan bahwa pengembangan TBEG mencakup area seluas 3,49 hektare dan telah dilakukan secara bertahap sejak 2019.
Pembangunan kawasan ini didukung oleh Dana Keistimewaan, Dana Alokasi Khusus pemerintah pusat, serta APBD Kota Yogyakarta. Pengelolaannya dilakukan oleh UPT Pengelolaan Taman Budaya di bawah Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dengan sistem BLUD.
TBEG mengusung arsitektur Indisch klasik yang memperkuat nuansa kawasan cagar budaya, mengingat lokasinya yang berdekatan dengan Kotagede serta mendukung keberadaan Keraton Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman, dan kawasan Kotabaru.
Beberapa fasilitas utama yang tersedia di antaranya adalah Embung Giwangan sebagai pengendali banjir dan cadangan air, jogging track ramah lingkungan, gedung penyambutan (Entrance), amphiteater berkapasitas 538 penonton, Grha Budaya untuk ruang pameran dan pertunjukan modern, serta fasilitas penunjang seperti area parkir, tempat ibadah, dan kios cinderamata.
Baca juga: Kementerian Pariwisata Dorong Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang Inklusif dan Responsif
Hasto berharap, peresmian ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk menjadikan TBEG sebagai ruang hidup bersama yang seimbang antara alam dan budaya.
“Taman Budaya Embung Giwangan kini siap menjadi ruang hidup bersama yang seimbang antara alam dan budaya sebuah titik pergerakan baru bagi warga Yogyakarta,” tutup Hasto