Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi DKI Jakarta melalui Pusat Konservasi Cagar Budaya, saat ini sedang melakukan Konservasi Monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Konservasi berlangsung sejak 13 September hingga 13 Oktober 2024. Sebelumnya, Disbud DKI telah sukses melakukan Konservasi Patung Dirgantara pada Oktober-November 2023.
Penjabat (Pj.) Gubernur Heru Budi Hartono saat mengunjungi monumen didampingi Kepala Disbud DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana, mengimbau para ahli dan tenaga teknis yang terlibat dalam konservasi menjaga keselamatan dan keamanan saat pelaksanaan konservasi.
“Pemprov DK Jakarta berkomitmen terus memelihara dan melestarikan monument bersejarah. Medan pekerjaan juga sulit dan membuat para pelaksana harus memanjat secara manual dalam pelaksanaan kegiatan konservasi. kami mengimbau untuk berhati-hati,” ujar Heru, Jumat (13/9), seperti dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Sementara itu, Iwan Henry Wardhana meyakinkan, pelaksana kegiatan terdiri dari para ahli dan tenaga teknis konservasi berpengalaman dan memiliki keahlian bekerja di ketinggian, serta diawasi oleh pengawas berpengalaman untuk menjamin keselamatan kerja para pelaksana konservasi.
Monumen dibangun tahun 1962 oleh seniman patung Edhi Sunarso. Sementara dudukan patung atau pedestalnya dirancang arsitek Friedrich Silaban. Monumen Patung Pembebasan Irian Barat menampilkan seorang pria dengan tangan terentang melepaskan diri dari belenggu kolonialisme.
Pahli waris pembuat monument pun dilibatkan dalam konservaasi, seperti Panogu Silaban selaku anak Friedrich Silaban, Yusa Yahya Permana, cucu dari pematung Edhi Sunarso, dan R. M. Suarsono, ahli seni patung Indonesia dan saksi sejarah dalam pembuatan Patung Pembebasan Irian Barat.
Kegiatan konservasi ini didukung Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta dan instansi terkait yang berada di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Adapun proses pengerjaan konservasi Monumen Pembebasan Irian Barat terdiri dari lima tahap:
Pertama, persiapan mobilisasi alat dan akses kerja, serta memasang alat dan akses kerja dari sisi atas cawan sampai sisi atas patung.
Kedua, tahap pembersihan basah menggunakan bahan seperti teepol, citric acid, dan aquadest untuk menghilangkan karat atau korosi dan noda-noda pada patung.
Ketiga, pengambilan sampel air bilasan patung dan uji laboratorium untuk mengetahui material penyebab kerusakan pada patung.
Keempat, tahap coating untuk melindungi patung agar tidak terjadi kerusakan (korosi/karat) dan dilanjutkan pembongkaran alat kerja pada bagian patung.
Kelima, tahap pembersihan pedestal dan cawan bagian atas.
Diliat dari usianya, monumen sudah berdiri lebih dari 50 tahun, sehingga banyak mengalami perubahan dan kerusakan seperti korosi dan akumulasi debu yang sebabkan polutan, kelembaban, serta cuaca. Efeknya, patung mengalami perubahan warna karena terbuat dari material perunggu.
Monumen Pembebasan Irian Barat ini dibangun untuk mengenang para pejuang Trikora dan masyarakat Irian Barat yang memilih menjadi bagian dari Republik Indonesia. Monumen setinggi 35 meter ini diresmikan Presiden Pertama Indonesia Soekarno, 17 Agustus 1963.