By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Candi Cangkuang, Jejak Warisan Hindu di Tanah Pasundan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Candi Cangkuang, Jejak Warisan Hindu di Tanah Pasundan
Pariwisata

Candi Cangkuang, Jejak Warisan Hindu di Tanah Pasundan

Ridwan
Last updated: 08/12/2024 09:28
Ridwan
Share
3 Min Read
Candi Cangkuang dan makam tokoh penyebar islam Arif Muhammad. Foto: Wikipedia/Gunawan Kartapranata
SHARE

Candi Cangkuang, peninggalan bersejarah dari abad ke-8, berdiri megah di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Keberadaannya menjadi simbol penting sejarah Hindu di Jawa Barat sekaligus saksi perjalanan panjang kepercayaan dan budaya di wilayah ini.  Selain candi, juga terdapat makam Islam Embah Dalem Arief Muhammad, dan cagar budaya berupa desa adat Kampung Pulo

Sejarah Candi Cangkuang

Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa itu sendiri. ‘Cangkuang’ memiliki arti sebuah nama tanaman sejenis pandan yang banyak tumbuh di daerah sekitar candi.  Candi ini ditemukan pada tanggal 9 Desember 1965 oleh ahli purbakala Drs. Uka Tjandrasasmita. 

Pada tahun 1974-1976 dilakukan pemugaran oleh proyek Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional Depdikbud. Dalam proses ini berhasil terekonstruksi mulai dari kaki sampai atap candi, dan satu arca dewa Siwa. 

Sedangkan 60% batuan asli dari bagian candi tidak dapat ditemukan. Sehingga alternatifnya digunakan batuan yang terdiri dari koral, semen, pasir, dan besi. Hasilnya, candi ini berbentuk bujur sangkar dengan panjang 4,5m, lebar 4,5 m, dan tinggi 8,5 m.

Candi ini dipercayai oleh para ahli sebagai penghubung mata rantai untuk beberapa penemuan seperti Candi Dieng, Candi Gedong Songo, dan Candi Jiwa. Fungsi Candi Cangkuang dulunya digunakan sebagai sebagai tempat pemujaan. 

Untuk sekarang, fungsi candi cangkuang sudah bergeser menjadi situs sekaligus salah satu destinasi wisata sejarah. Selain candi yang dapat dikunjungi, juga terdapat kampung adat dan makam kuno. 

Baca juga: Menguak Kisah Di Balik Pembuatan Candi Tegowangi

Simbol Toleransi

Dikatakan sebagai simbol toleransi dikarenakan candi ini dulunya merupakan tempat pemujaan. Hal inni ditandai pada bagian dalam candi yang terdapat sebuah arca dewa Siwa setinggi 40 cm dengan posisi sebelah kaki terlipat sembari menunggangi sapi. 

Sedangkan di dekat candi juga ditemukan makam Islam Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur dari warga Desa Cangkuang . Beliau ini adalah senopati dari kerajaan Mataram Islam. Dikarenakan kekalahannya melawan VOC di Batavia, beliau memilih untuk menyebarkan agama Islam di Kabupaten Garut yang pada saat itu masih beragama Hindu. 

Toleransi tersebut dapat dilihat dari masih digunakan aturan adat meski mayoritas masyarakat sudah memeluk agama Islam. Terbukti dengan sebuah tradisi dimana setiap hari Rabu menjadi hari besar bagi masyarakat setempat. Pada hari Rabu juga, dilarang melakukan ziarah ke makam Arief Muhammad. 

Wisata Candi Cangkuang Garut 

Situs candi Cangkuang sudah menjadi objek wisata sejarah. Jam operasional wisata ini dibuka setiap hari mulai dari pukul 07.30 sampai 17.00. Jika ada hari besar agama Islam beberapa tempat akan ditutup. 

Untuk harga tiket masuk yaitu dewasa Rp 5000, anak-anak Rp 3000 dan untuk parkir motor Rp2000 serta parkir mobil Rp5000. (Anisa Kurniawati, Sumber: museumnusantara.com)

You Might Also Like

Bandung : Kota Sejarah, Alam, dan Kuliner yang Mendunia

Gunung Lanang Mergolangu: Perpaduan Pesona Alam dan Mitos

Sinergi Lintas Sektor Antar Daerah, Dieng Ditetapkan Sebagai Geopark Nasional

Gua Jatijajar Kebumen, Keindahan Alam di Kedalaman

5 Eco Resort Berkonsep Ramah Lingkungan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Menelusuri Benteng Bersejarah Van der Wijck
Next Article Tari Panji Semirang Bali Simbolisasi Kesetiaan dan Cinta
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?