Nama Café Dangdut dianggap sangat kental dengan Negara Indonesia.
Hal ini menjadi alasan bagi Fitri Carlina, seorang penyanyi yang terkenal melalui musik dangdut, bersama rekannya, Dina Fatimah dan Romy Sembiring, untuk mendirikan Café Dangdut di Long Island City, New York, Amerika Serikat.
Fitri, bersama Dina, yang juga dikenal dengan nama Eski, melihat bahwa budaya Indonesia sangat layak dan berpotensi untuk diperkenalkan di Amerika.
Berawal dari Musik Dangdut
Fitri menjelaskan bahwa ide untuk mendirikan Café Dangdut muncul sekitar setahun yang lalu, tepatnya di awal Maret. Saat itu dia tampil di acara Super Bowl Week, yang menyebabkan nama ‘dangdut’ mulai dikenal publik Amerika.
Fitri menyebutkan bahwa dia dan Eski terpikir untuk membuat coffee shop dengan nuansa dangdut di New York, terutama karena Eski juga terlibat dalam acara tersebut.
Dalam waktu sebulan, mereka memikirkan konsep, logo, dan menyiapkan coffee truck. Akhirnya, September 2024, Café Dangdut soft launching dengan menggunakan coffee truck dan booth.
Eski menambahkan bahwa setelah itu, ada acara Indopop Movement, sebuah organisasi yang bertujuan untuk membantu dan mendukung potensi Indonesia di Amerika, khususnya New York.
Mereka memanfaatkan momentum mempromosikan Café Dangdut di depan Time Square.
Setelah beberapa bulan mengikuti bazar dan festival, mereka memutuskan untuk membuka Café Dangdut secara permanen di Long Island City, dan sambutan dari masyarakat cukup baik.
Eski juga mencatat bahwa bahkan ada antrean panjang orang yang ingin mencoba kopi di Café Dangdut, dan dia menyebutkan bahwa Mas Menteri (Sandiaga Uno) sudah pernah datang ke Café Dangdut, yang membuat mereka merasa tidak menyangka dapat mencapai hal tersebut.
Terus Mempromosikan Cita Rasa Kopi Indonesia
Meskipun kini memiliki toko permanen, Fitri dan Eski terus mempromosikan Café Dangdut dengan coffee truck selama setahun. Hal itu untuk menarik banyak orang dan membangkitkan rasa penasaran warga lokal.
Eski melanjutkan bahwa hingga saat ini, Café Dangdut masih menggunakan coffee truck sebagai bagian dari promosi kopi, dan mereka membagikan kopi gratis kepada pelanggan yang datang.
Sambil melakukan promosi, mereka terus mengurus izin dan berinovasi pada menu. Fitri dan Eski juga mencari barista dari Diaspora untuk menunjukkan keramahan khas Indonesia kepada warga lokal.
Mereka mengakui telah menghadapi beberapa kendala, tetapi berhasil mengatasinya dengan baik.
Baca juga: Mengangkat Pamor Kopi Papua Hingga Mendunia
Mengatasi Kendala Logistik dan Bahan Baku
Fitri mengungkapkan bahwa Diaspora di sana sangat suportif, dengan banyak pengusaha swasta dan pemilik kafe Indonesia lainnya yang mendukung kehadiran Café Dangdut.
Dia menekankan bahwa tujuan mereka mendirikan Café Dangdut di New York bukan untuk bersaing, melainkan untuk menambah keragaman kuliner Indonesia di Amerika.
Fitri dan Eski juga mengakui bahwa mendirikan tempat makan di New York memerlukan kesiapan untuk memenuhi syarat dan izin yang cukup ketat dari pemerintah setempat.
Mereka berkomitmen untuk menjaga kualitas bahan baku, namun menghadapi tantangan dalam distribusi dan logistik yang berpengaruh pada harga makanan dan minuman serta ketersediaan pasokan di Café Dangdut.
Eski menjelaskan bahwa mereka telah melakukan audiensi ke berbagai pihak, termasuk pemerintah setempat di Chicago dan lembaga Indonesia terkait mengenai kendala logistik yang dihadapi.
Dia mencatat bahwa masalah bahan baku sangat penting, karena waktu pengiriman bahan baku yang biasanya dua bulan kini bisa memakan waktu hingga empat bulan.
Untuk memastikan ketersediaan pasokan, mereka kadang harus membawa beberapa bahan baku secara langsung.
Meskipun banyak kendala yang dihadapi, Fitri dan Eski merasa puas dengan pencapaian Café Dangdut. Mereka mengungkapkan bahwa hampir 70% pelanggan di Café Dangdut adalah warga lokal, sesuai dengan target mereka.
Kopi dan Promosi Musik Dangdut
Lokasi Café Dangdut yang strategis membuatnya mudah ditemukan, berada di lingkungan anak-anak muda dan hipster elit, dekat dengan stasiun, kampus, serta tempat berkumpulnya anak-anak muda dan komunitas Indonesia.
Fitri menambahkan bahwa rata-rata pelanggan menyukai cita rasa kopi Indonesia yang manis, khususnya kopi Gayo.
Selain itu, mereka juga menawarkan berbagai jenis kopi lainnya, seperti kopi luwak, kopi dari Papua, dan daerah lainnya. Warga lokal di sana tampak penasaran dengan jenis-jenis kopi dari Indonesia.
Dengan kehadiran Café Dangdut di New York, Fitri dan Eski berharap dapat memperkenalkan Indonesia, tidak hanya melalui kopi dan hidangan, juga budaya dan gaya hidup Indonesia.
Selain kopi dan beberapa kudapan khas Indonesia, Café Dangdut juga memperkenalkan musik dangdut dan fesyen Indonesia melalui brand Plus 62.
Berencana membuka Gerai di Asia Tenggara
Fitri dan Eski ingin agar hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia menjadi mainstream, dan langkah awal ini dilakukan melalui Café Dangdut.
Meskipun nama café mengandung kata dangdut, Fitri menyebut cafenya menyajikannya dengan konsep yang kontemporer. Dia merasa membawa nama dangdut hingga ke New York adalah hal mustahil, tetapi mereka berhasil melakukannya.
Melalui pencapaian ini, Fitri dan Eski berharap Café Dangdut dapat bertahan di New York.
Mereka juga tengah berkomunikasi dengan beberapa investor, dan jika tidak ada kendala, Café Dangdut berencana untuk hadir di New Jersey serta negara lain seperti Singapura dan Filipina.
Eski menegaskan bahwa mereka ingin menjalankan bisnis ini untuk waktu yang lama, bukan hanya lima tahun, tetapi untuk jangka panjang.
Dia berharap bahwa masalah logistik dan hal-hal lain dapat segera menemukan solusinya, serta mengharapkan dukungan dari pemerintah Indonesia untuk pelaku bisnis di luar negeri yang membawa misi memperkenalkan budaya, kuliner, dan semua potensi yang dimiliki Indonesia. (Achmad Aristyan – Sumber: kemenparekraf.go.id)