Pempek, makanan yang diolah dari Ikan dan Sagu ini bisa dengan sangat mudah ditemukan di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Pempek biasa dimakan dengan kuah atau saus cair yang disebut ‘cuko’. Kuliner ini menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu.
Palembang sebagai pusat aktivitas dan budaya di Sumatera Selatan memang memiliki banyak makanan tradisional. Seiring perkembangannya, masyarakat Palembang mengembangkan menjadi beragam jenis pempek.
Variasi isian maupun bahan tambahan lain itu antara lian telur ayam, kulit ikan, tahu dan bahan dasar lainnya. Memiliki cita rasanya yangu unik dengan rasa pedas, asam dan asin, tidak heran banyak orang yang menyukai Pempek.
Baaca juga:Wisata Heritage Di Palembang Segera Hidup Lagi
Dikenal Abad Ke-7
Kemunculan kuliner khas ini di Kota Pelambang terdapat beberapa informasi yang menjelaskan. Dirangkum dari buku “Pempek Palembang Makanan Tradisional Dari Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan” oleh Efrianto A, S.S. dkk disebutkan bahwa makanan ini sudah ada sejak zaman masa kerajaan Sriwijaya yaitu sekitar abad VII.
Pendapat ini didukung didasarkan pada prasasti Talangtuo yang menyatakan tanamam sagu yang disebut rembio atau rumbio telah dikenal masyarakat Palembang pada abad ke VII. Informasi lain menyebutkan bahwa pempek merupakan karya masyarakat Kayu Agung.
Mereka dikenal sebagai bangsa yang gemar berdagang dengan cara barter. Ketika itulah para pedagang banyak mendapatkan sagu dan ubi. Munculah ide dari para pedagang untuk mencampurkan antara sagu dengan ikan yang mereka tangkap ketika berlayar. Tujuan mereka membuat makanan tersebut adalah sebagai bekal mereka dalam perdagangan.
Menurut sejarah lain, menjelaskan bahwa kemunculan kuliner khas Palembang ini didasarkan pada pekerjaan masyarakat Palembang saat itu, yaitu petani, nelayan, dan lainnya. ltu pula sebabnya mengapa pembuatan pempek telah ada semenjak zaman kesultanan Palembang, karena sagu sudah mulai dikenal dan daya dukung bahan baku seperti ikan juga sangat besar.
Menurut beberapa sumber, pempek dikenal dengan nama ‘Kelesan’ sebutan untuk alat yang digunakan untuk menghaluskan daging ikan berbentuk cembung dengan semacam kuping di sisi yang berhadapan. Namun, saat ini lebih sering menggunakan alat giling.
Sumber lain mengatakan bahwa nama pempek dulunya dijual ‘Apek’, sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina. Ketika Apek menjajakan ke masyarakat, masyarakat akan memanggilnya dengan ‘pek…pek’, sehingga lama-kelamaan berubah menjadi ‘pempek’.
Baca juga: Olahan Kuliner Mi Lezat dari Berbagai Penjuru Indonesia
Banyak Variasi
Cara pembuatannya yakni dengan di ‘keles’ atau ditekan-tekan di atas semacam alas yang menyerupai papan cucian. Awalnya ‘penekan’ atau alat untuk menghaluskan ikan terbuat dari batok kelapa yang diberi lubang-lubang.
Pada awalnya bahan dasar yang digunakan adalah ikan belida. Namun, karena mengalami kelangkaan dan harganya yang mahal membuat masyarakat beralih ke ikan yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh. Hal inilah pulalah membuat masyarakat semakin kreatif memvariasikannya.
Hingga saat ini pempek telah mempunyai banyak jenisnya. Beberapa diantaranya tyaitu lenjer, keriting, tahu, kapal selam, kulit, telor,lenggang dan sebagainya.
Biasanya pempek dimakan dengan cuko yang terbuat dari campuran air gula merah/gula batok, asam jawa, bawang putih dan cabe rawit. Ada juga yang menambahkan cuka putih untuk menambah keasaman. Penambahan ini membuat pempek memiliki aroma yang kuat, kental, rasa pedas, asam dan asin yang pas.
Pada saat ini pempek dikenal dan digemari banyak kalangan dari berbagai daerahdi Indonesia. Bahkan pempek sudah inobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 2014 lalu. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)