Orem-orem, merupakan makanan khas Malang, Jawa Timur, berbahan dasar tempe yang disiram dengan kuah santan. Bahan tempe yang biasa digunakan disebut dengan mendol. Tempe khas Malang ini juga memiliki rasa yang spesial karena terkadang dibuat dari tempe yang tidak fresh lagi.
Bagi banyak orang yang belum singgah ke Malang, nama ‘orem-orem’ mungkin masih terasa asing. Namun nyatanya, makanan ini telah ada sejak dahulu sebagai hidangan yang eksklusif. Selain tempe, hidangan ini juga ditambahkan dengan ayam, telur, dan tauge.
Selain itu, juga dilengkapi dengan lauk pendamping lain seperti telur asin, kerupuk melinjo, kerupuk tempe, dan kerupuk putih. Rasa dari kuliner ini hampir mirip dengan opor namun kuahnya lebih ringan dan tidak terlalu kental.
Mengutip (Ziahazkia, 2017), hidangan ini merupakan simbol wujud syukur atas rezeki yang telah didapatkan. Melalui hidangan ini, masyarakat menyiratkan pesan mengenai keseimbangan, hidup di dunia ini bukan sekadar mengejar materi.
Baca juga: Sejarah Dibalik Kelezatan Bola Daging Bakso Malang
Dulunya, makanan ini hanya disajikan dalam acara hajatan seperti pernikahan dan syukuran.. Namun sejak 1980-an, masakan ini dijual di warung tradisional, bahkan pedagang kaki lima. Karena rasanya yang ringan, makanan ini lebih tepat disantap saat pagi maupun siang hari.
Salah satu keunikan dari kuliner khas Malang ini adalah menggunakan “Mendol” yaitu tempe khas Malang yang terkadang dibuat dari tempe tidak segar lagi. Beberapa warung ada yang langsung mencampurkan bahan ini dan ada juga yang dijadikan sebagai lauk pendamping.
Disamping itu, cara memasaknya juga unik yaitu menggunakan bahan bakar arang. Proses masak ini membuat makanan memiliki aroma khas bara api arang. Namun, saat ini penggunaan arang mulai ditinggalkan karena bikin masak jadi lama.
Baca juga: Sejarah Kota Malang, Dari Kerajaan Hingga Kota Pendidikan
Penjual kuliner legendaris ini di Kota Malang salah satunya Pak Tik Manan atau H. Abdul Manan di Jalan Irian Jaya No.1, Sukoharjo, Klojen, Kota Malang. Warung berdiri sejak tahun 1967 ini buka mulai jam 09.00 hingga 16.00 setiap hari. Warung ini masih memakai bumbu otentik sedari dulu, juga menggunakan ketupat berukuran besar.
Sayangnya, penjual Orem-orem mulai di kota Malang mulai berkurang. Beberapa penyebabnya antara lain generasi penerus pemilik warung yang memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis, serta masuknya berbagai makanan lain yang lebih modern. (Dari Berbagai Sumber)