Gua Sunyaragi atau Taman Sari Gua Sunyaragi, sebuah jejak peninggalan bersejarah yang ada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Konon, di masa lalu gua ini dijadikan sebagai tempat beristirahat para keluarga kerajaan serta ruang tempat meditasi.
Memiliki luas sekira15 hektar, Taman Air Gua Sunyaragi terdiri dari 13 gua yang saling dihubungkan rongga besar. Lokasi nya berada di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, atau dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 15 menit dari pusat Kota Cirebon.
Dari sejumlah literatur terungkap, Gua Sunyaragi dibangun dalam 3 periode berbeda. Periode pertama dimulai pada zaman Panembahan Pakuwati I pada 1458 Saka atau 1536 M. Pembangunan dipimpin Pangeran Emas Zaenul Arifin, salah satu cicit dari Sunan Gunung Jati.
Periode pembangunan iu menghasilkan Gua Pengawal, Gua Pawon, Gua Lawa, Gua Padang Ati, Gua Kelanggengan, dan Gua Peteng. Disamping itu terdapat lubang dangkal yang telah tertutup. Lubang itu disebut bisa tembus hingga mencapai kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati yang berjarak 112 km dari Gua Sunyaragi.
Pembangunan tahap kedua diprakarsai Sultan Sepuh Pangeran Jamaludin II tahun 1625 S atau 1703 M. Tujuan pembangunan, untuk memperluas kompleks gua yang berfungsi sebagai tempat perjamuan, perundingan, dan bersantai keluarga keraton.
Baca juga: Tari Topeng Cirebon, Bermula Dari Keraton
Periode terakhir dibangun Sultan Sepuh V Pangeran Syaifiudin atau Pangeran Matanghaji dibantu arsitek dari Cina, pada sekitar abad 18. Kompleks Gua Sunyaragi ditambah dengan membangun Gua Pande Kemasan dan Gua Simanyang.
Taman Air Gua Sunyaragi pernah dipugar Dinas Purbakala Negeri Belanda pada 1936. Lalu dipugar kembali tahun 1978 oleh Dinas Purbakala RI. Dilansir dari disparbud.jabarprov.go.id, dulunya gua yang dibangun 4 abad ini, digunakan para sultan bermeditasi dan para pejuang mengatur strategi melawan penjajahan Belanda.
Salah satu daya tarik Gua ini adalah arsitekturnya yang terpengaruh gaya Jawa dan China. Pengaruh Jawa dapat dilihat dari adanya bangunan Joglo. Ornamen bernuansa China pun banyak ditemukan di kawasan gua ini.
Disamping itu, lokasi wisata ini juga diselubungi wadasan yang mirip karang. Adanya wadasan ini menjaga perubahan suhu. Akibatnya, perambatan suhu di dalam bangunan dapat menjadi lebih lambat. Bagi pengunjung yang hendak mengunjungi objek wisata ini, wisatawan dapat membayar tiket masuk berkisar antara Rp 17.000. (Diolah dari berbagai sumber)