Berbekal kecintaan pada seni budaya Sunda dan kehilangan pekerjaan karena PHK, Asep ‘Bucrak’ Kurnia, warga RW 4 Kelurahan Pasir Impun, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat terinspirasi untuk menjadi perajin kendang.
Bermodalkan alat sederhana, Asep, menyulap gelondongan-gelondongan kayu menjadi kendang sunda. Kendang sendiri merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul. Biasanya digunakan untuk mengiringi pagelaran Sunda, seperti jaipong, wayang golek, dan pencak silat.
Asep mengatakan, usahanya dalam membuat kendang dimulai dari tahun 2007. Pada saat itu, bapaknya adalah seorang seniman terompet Sunda. Dikarenakan di-PHK dari pabrik, awalnya yang hanya servis kendang saja, lama-kelamaan Asep membuat kendang sendiri.
Pada awal usahanya, semua dilakukan seorang diri. Asep akan mencari kayu, memotong bentuk, membuat pola hingga menentukan jenis kendang apa yang akan dibuat. Semuanya ia rakit dengan penuh ketelitian dan kesabaran.
Asep menggunakan kayu nangka lokal Jawa Barat dan menggunakan kulit kerbau sebagai bahan dasar pembuatan kendang.
“Kolaborasi kayu pohon nangka dan kulit kerbau menghasilkan suara jauh lebih bagus,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, usaha kendangnya bertambah maju, kini ia dibantu beberapa pekerja. Dalam sebulan, Asep mampu memproduksi 3-4 set kendang. Setiap set kendang terdiri dari 2 indung yaitu kendang yang berukuran besar, serta 4 kulanter atau kendang berukuran kecil, untuk pencak silat dan untuk jaipong 1 indung serta 2 kulanter. Setiap satu set kendang biasanya dapat dirampungkan dalam waktu 7 sampai 10 hari.
Karya-karya kendangnya banyak diminati oleh kalangan musisi gamelan Sunda, rombongan pemusik wayang Golek, dan para pelestari tradisi di Jawa Barat lainnya. Kendang buatannya juga sudah banyak terjual ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan kendang buatannya sudah merambah pasar internasional sampai ke Belanda dan Prancis.
“Kita sudah sampai ke Belanda dan Perancis untuk penjualannya. Ada yang pesan untuk dibawa ke sana,” katanya.
Setiap set gendang dijual mulai dari harga Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Asep juga mengatakan bahwa ada satu set untuk pesanan ke luar negeri yang bisa terjual hingga Rp 20 juta. Kini perajin kendang tersebut, mulai memperluas jangkauan pasarnya dengan berjualan melalui platform media sosial.
Platform yang digunakan yaitu Instagram dengan nama akun akun Instagram @bucrakprod dan Facebook pengrajin kendang. Melalui media sosial tersebut, ia membagikan proses dalam pembuatan kendang dan hasil akhir kendang yang dibuatnya.
Ia berharap semakin banyak perajin kendang yang berkembang dan generasi muda banyak yang gemar terhadap kesenian daerah. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kecintaan terhadap budaya Sunda.
“Saya berharap generasi muda banyak yang suka kesenian daerah demi kemajuan budaya Sunda,” ujarnya. (Anisa Kurniawati– Sumber: Bandung.go.id)