By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Atraksi Seni Kethek Ogleng, Tarian Tradisional Unik Ponorogo
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Atraksi Seni Kethek Ogleng, Tarian Tradisional Unik Ponorogo
Warisan Budaya

Atraksi Seni Kethek Ogleng, Tarian Tradisional Unik Ponorogo

Achmad Aristyan
Last updated: 20/01/2025 05:02
Achmad Aristyan
Share
Kesenian Kethek Ogleng menjadi ikon budaya Pacitan. Foto: Facebook/Pemkab Pacitan
SHARE

Kethek Ogleng adalah kesenian tradisional yang lahir di Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, sebelum menyebar ke daerah seperti Pacitan, Jawa Timur dan Wonogiri, Jawa Tengah.

Seni pertunjukan ini menampilkan tarian yang menirukan gerakan monyet hutan di Sampung. 

Melansir dari kumparan.com, nama “Kethek Ogleng” berasal dari irama gamelan yang mengiringinya, yaitu gending gancaran pancer, yang berbunyi, “ogleng, ogleng, ogleng”.

Menurut sejarah, Kethek Ogleng diciptakan masyarakat Sampung sebagai hiburan bagi seorang Raja Mataram yang sedang mengungsi ke daerah itu akibat peperangan. 

Tarian ini bertujuan untuk menghibur sang raja yang sedang bersedih, dengan gerakan-gerakan lucu menyerupai monyet.

Selain menghibur, kostum penari menyerupai Anoman dan tarian akrobatik, juga menjadi doa simbolis, mengharapkan sang raja dapat merebut kembali tahtanya seperti Rama dibantu Hanuman.  

Gerakan dan Atraksi Kethek Ogleng  

Kethek Ogleng memiliki ciri khas berupa gerakan tari yang tidak kaku dan atraktif. Penari sering kali melakukan improvisasi, termasuk mengajak penonton untuk ikut menari dan bercanda. 

Dalam pentas di Wonogiri, ditampilkan aksi akrobatik yang dikenal sebagai seni kucingan, di mana penari menunjukkan keahlian menari di atas tali yang dibentangkan di antara dua batang bambu.  

Perkembangan di Pacitan dan Wonogiri  

Dilansir dari detik.com, pada tahun 1963 Kethek Ogleng mulai dikembangkan Sutiman, seorang seniman muda yang saat itu berusia 18 tahun di Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan, Pacitan.

Penampilan perdana Kethek Ogleng di Pacitan berlangsung dalam acara pernikahan atas permintaan Kepala Desa Tokawi. 

Agar lebih menarik, Bupati Pacitan pada waktu itu, RS Tedjo Sumarto, meminta Sutiman untuk membalut pertunjukan Kethek Ogleng dengan cerita rakyat Panji Asmorobangun.

Tahun 1967, Kethek Ogleng menyebar ke Wonogiri melalui Darjino, dengan gerakan yang disempurnakan Suwiryo. 

Setelah Suwiryo wafat, tarian ini terus dilestarikan Sukijo hingga akhirnya menjadi salah satu ikon budaya Kabupaten Wonogiri.  

Keunikan dan Cerita di Balik Kethek Ogleng  

Pertunjukan Kethek Ogleng di tiga wilayah itu memiliki karakteristik yang berbeda. Di Ponorogo, Kethek Ogleng disajikan dalam bentuk tarian tanpa cerita tambahan. 

Sementara itu, di Pacitan dan Wonogiri, pertunjukan ini dilengkapi dengan kisah rakyat Panji Asmorobangun untuk memberikan nilai naratif yang lebih kuat.

Perpaduan gerakan yang menghibur, nilai sejarah, dan simbolisme, Kethek Ogleng salah satu kesenian tradisional yang dibanggakan dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya Nusantara.

You Might Also Like

Batik Motif Indonesia 4.0: Simbol Industri Masa Depan

Harmoni Musik dan Tari dalam Pentas Teater Reak Cileunyi

Cerita Panjang Warisan Budaya dari Sepotong Tahu Sumedang

Tari Kretek, Tarian Representasi Buruh Rokok di Kudus

Kapal Pinisi, Daya Tarik Wisata Warisan Maritim Indonesia

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Tari Singo Ulung, Kesenian Ikonik Bermakna Dari Bondowoso
Next Article Melihat Keindahan dan Keunikan Masjid Agung Sumenep Madura
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?