Kethek Ogleng adalah kesenian tradisional yang lahir di Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, sebelum menyebar ke daerah seperti Pacitan, Jawa Timur dan Wonogiri, Jawa Tengah.
Seni pertunjukan ini menampilkan tarian yang menirukan gerakan monyet hutan di Sampung.
Melansir dari kumparan.com, nama “Kethek Ogleng” berasal dari irama gamelan yang mengiringinya, yaitu gending gancaran pancer, yang berbunyi, “ogleng, ogleng, ogleng”.
Menurut sejarah, Kethek Ogleng diciptakan masyarakat Sampung sebagai hiburan bagi seorang Raja Mataram yang sedang mengungsi ke daerah itu akibat peperangan.
Tarian ini bertujuan untuk menghibur sang raja yang sedang bersedih, dengan gerakan-gerakan lucu menyerupai monyet.
Selain menghibur, kostum penari menyerupai Anoman dan tarian akrobatik, juga menjadi doa simbolis, mengharapkan sang raja dapat merebut kembali tahtanya seperti Rama dibantu Hanuman.
Gerakan dan Atraksi Kethek Ogleng
Kethek Ogleng memiliki ciri khas berupa gerakan tari yang tidak kaku dan atraktif. Penari sering kali melakukan improvisasi, termasuk mengajak penonton untuk ikut menari dan bercanda.
Dalam pentas di Wonogiri, ditampilkan aksi akrobatik yang dikenal sebagai seni kucingan, di mana penari menunjukkan keahlian menari di atas tali yang dibentangkan di antara dua batang bambu.
Perkembangan di Pacitan dan Wonogiri
Dilansir dari detik.com, pada tahun 1963 Kethek Ogleng mulai dikembangkan Sutiman, seorang seniman muda yang saat itu berusia 18 tahun di Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan, Pacitan.
Penampilan perdana Kethek Ogleng di Pacitan berlangsung dalam acara pernikahan atas permintaan Kepala Desa Tokawi.
Agar lebih menarik, Bupati Pacitan pada waktu itu, RS Tedjo Sumarto, meminta Sutiman untuk membalut pertunjukan Kethek Ogleng dengan cerita rakyat Panji Asmorobangun.
Tahun 1967, Kethek Ogleng menyebar ke Wonogiri melalui Darjino, dengan gerakan yang disempurnakan Suwiryo.
Setelah Suwiryo wafat, tarian ini terus dilestarikan Sukijo hingga akhirnya menjadi salah satu ikon budaya Kabupaten Wonogiri.
Keunikan dan Cerita di Balik Kethek Ogleng
Pertunjukan Kethek Ogleng di tiga wilayah itu memiliki karakteristik yang berbeda. Di Ponorogo, Kethek Ogleng disajikan dalam bentuk tarian tanpa cerita tambahan.
Sementara itu, di Pacitan dan Wonogiri, pertunjukan ini dilengkapi dengan kisah rakyat Panji Asmorobangun untuk memberikan nilai naratif yang lebih kuat.
Perpaduan gerakan yang menghibur, nilai sejarah, dan simbolisme, Kethek Ogleng salah satu kesenian tradisional yang dibanggakan dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya Nusantara.