Pasar Triwindu, terletak di pusat Kota Solo dekat Candi Mangkunegaran, merupakan surga bagi pecinta barang antik. Pasar yang terdiri dari bangunan dua lantai ini memiliki banyak barang-barang antik, unik, lawas yang memberikan nuansa vintage nan retro.
Berada di Jl. Diponegoro, Keprabon, Kec. Banjarsari, Solo, pasar ini hidup dengan daya tariknya yang klasik. Tidak hanya sebagai tempat berbelanja, Pasar Triwindu juga menjadi saksi perjalanan sejarah budaya Jawa.
Dilansir dari laman visitjawatengah.jatengprov.go.id, pasar ini dibangun pada tahun 1939 untuk memperingati 24 tahun kenaikan tahta Adipati Sri Mangkunegara VII. Dinamakan Triwindu karena berasal dari istilah Jawa yang artinya tiga windu.
Sejak didirikan, Pasar Triwindu menjadi destinasi utama bagi para kolektor barang antik, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Pasar ini menawarkan berbagai barang dari tahun 1800-an seperti guci, patung, piring antik, lampu, topeng, hingga uang kuno.
Pertama kali dibangun, pasar ini hanyalah lahan kecil dengan meja-meja penjaja sederhana. Barang yang dijual mulanya bukan barang antik, namun kue-kue tradisional, pakaian, majalah ataupun koran. Seiring dengan waktu, banyak para penjaja yang membangun kios sendiri dan berubah menjadi tempat jual beli barang antik.
Baca juga: Wayang Orang Sriwedari, Kesenian Solo yang Masih Lestari
Bangunan pasar ini pernah mengalami pemugaran ada Juli 2008. Bangunan pasar didesain ulang mengikuti arsitektur di sekitar Solo. Lahan berjualan yang tadinya hanya satu lantai sekarang dibangun bertingkat. Pasar ini sempat berubah menjadi Pasar Windujenar, walaupun akhirnya, di tahun 2011 pasar kembali ke nama sebelumnya yaitu Triwindu.
Saat ini, Pasar Triwindu bukan hanya didatangi oleh pemburu barang antik, namun banyak remaja yang juga berkunjung untuk sekadar berburu foto estetik. Berkaitan dengan hal tersebut, pihak pengurus pasar kemudian membuat area resepsionis di bagian depan pasar.
Tujuannya supaya mereka yang ingin membuat konten harus meminta ijin terlebih dahulu. Nantinya pengunjung akan diberi ID Card khusus membuat konten dan juga diminta untuk mengisi uang kas secara sukarela. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila ada kerusakan yang mungkin bisa terjadi saat membuat konten. (Anisa Kurniawati- Berbagai Sumber)