Bing Slamet, dikenal sebagai aktor, pelawak, musisi, penyanyi dan pencipta lagu. Aktif sekitar tahun 1960-an hingga 1970-an, sebagai musisi ia telah mengeluarkan puluhan album. Dia juga dikenal menjadi ikon grup lawak Kwartet Jaya. Sebagai aktor, ia telah membintangi puluhan film.
Seniman ini lahir di Cilegon pada 27 September 1927 dengan nama Achmad Syekh Albar. Putra. Sejak kecil ia telah menunjukkan bakatnya yang luar biasa di bidang seni. Di masa kanak-kanak ia pernah dijuluki Abdullah Kecil.
Abdullah adalah nama seorang penyanyi tenar di zaman itu. Menginjak usia 12 tahun, Bing tampil di depan umum saat mendukung Orkes Terang Bulan. Beranjak remaja, ia bergabung dalam rombongan sandiwara Panitja Warna di tahun 1944.
Di masa kependudukan Jepang, Bing yang tergabung dalam barisan Penghibur Divisi VI Brawijaya yang ikut mengobarkan semangat para pejuang. Bahkan, sebelumnya, ketika revolusi bergulir, ia sempat ikut latihan militer. Meski begitu, ia menyadari lebih cocok berjuang lewat kesenian.
Pada saat itu ia bersedia ditempatkan di kota mana saja. Saat masuk ke Radio Republik Indonesia (RRI), Bing ditempatkan di Yogyakarta dan Malang. Ia pun sempat bergabung di Radio Perjuangan Jawa Barat, dia juga aktif di Dinas Angkatan Laut Surabaya dan Jakarta. Di tahun 1952 saat Bing ditempatkan lagi di Jakarta, ia kemudian bergabung ke RRI Jakarta.
Dari situ, Bing Slamet banyak menyerap ilmu dan pengalaman dari musisi terkenal lainnya. Banyak musisi yang mempengaruhi hidupnya. Seperti Sam Saimun, serta penyanyi asal Amerika Serikat, Bing Crosby, yang kemudian menggunakan Bing sebagai nama panggungnya.
Selain menyanyi, Bing juga seorang pencipta lagu berbakat. Tembang pertama yang ditulisnya berjudul Cemas. Sejumlah judul lainnya antara lain Murai Kasih, Hanya Semalam, Ayu Kesuma, Risau dan Belaian Sayang yang sukses di mata publik.
Tahun 1963, ia membentuk grup musik yang diberi nama Eka Sapta dengan pendukungnya, antara lain Bing Slamet (gitar, perkusi, vokal), Idris Sardi (bass, biola), Lodewijk Ireng Maulana (gitar, vokal), Benny Mustapha van Diest (drum), Itje Kumaunang (gitar), Darmono (vibraphone), dan Muljono (piano).
Eka Sapta kemudian menjadi kelompok musik pop terkenal pada era 60-an hingga awal 70-an. tren pada zamannya. Grup musik tersebut lalu merilis sejumlah album pada label Bali Record, Canary Record, dan Metropolitan Records, yang kelak berubah menjadi Musica Studio’s.
Bing juga membentuk Suara Bersama dengan Jack dan beberapa musisi lainnya. Mereka membuat album Mari Bersuka Ria dalam Irama Lenso, dan salah satu lagu hitsnya yang sangat terkenal adalah Genjer-Genjer. Lagu ciptaan Muhammad Arief itu sempat dilarang rezim Orde Baru karena dianggap lagu propaganda PKI.
Dari Grup Lawak ke Dunia Seni Peran
Dijuluki sebagai seniman serba bisa, pada tahun 50-an, Bing membentuk grup lawak bernama Los Gilos bersama dua rekannya, Tjepot dan Mang Udel. Grup tersebut kemudian menjadi pelopor lawakan cerdas yang penuh sindiran politik dan kritikan sosial. Bing juga pernah menjuarai lomba lawak tingkat nasional. Puncaknya ketika ia menjuarai Bintang Radio jenis hiburan, yang membuat popularitasnya kian menanjak.
Bing Slamet kembali mendirikan kelompok lawak baru bernama Trio SAE meski tak berumur panjang. Karirnya sebagai komedian bersinar terang saat mendirikan grup lawak legendaris, Kwartet Jaya. Grup yang beranggotakan Bing, Ateng, Iskak dan Eddy Sud. Grup lawak ini kerap mengangkat peristiwa nyata hingga mendominasi panggung pada era 1970-an.
Dari dunia lawak, Bing masuk ke dunia seni peran. Film pertamanya adalah Menanti Kasih. Bing dipercaya untuk tampil sebagai aktor utama dalam film Di Simpang Jalan di tahun 1955. Setelah itu, Bing lebih banyak tampil dalam film bergenre komedi, diantaranya film besutan Nya’ Abbas Akup berjudul Pilihlah Aku serta Tiga Buronan.
Tak puas hanya menjadi pemain, Bing kemudian mendirikan Safari Sinar Sakti Film yang memproduksi film komedi secara berseri dengan grup lawak Kwartet Jaya. Selain sebagai produser ia juga membintangi film tersebut.
Film komedi berseri tersebut menggunakan namanya sebagai judul. Diantaranya Bing Slamet Setan Jalan, Bing Slamet Tukang Betjak, Bing Slamet Merantau, Bing Slamet Sibuk, Bing Slamet Dukun Palsu, dan film terakhirnya Bing Slamet Koboi Cengeng.
Pada 17 Desember 1974, Bing Slamet meninggal dunia karena penyakit lever yang dideritanya, di rumah sahabatnya Eddy Sud di Jakarta pukul 14.50 WIB pada usia 47 tahun. Bing dimakamkan di TPU Karet Bivak Jakarta.
Berkat dedikasinya, Bing Slamet dianugerahi Piagam Penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada 10 Juni 1972. Presiden Megawati Soekarnoputeri memberikan penghargaan Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma di Istana Negara pada 7 November 2003. (Sumber: tokoh.id)