Workshop Budaya yang diselenggarakan Emmanus TV dibuka dengan alunan merdu dari alat musik tradisional Bundengan. Acara ini berlangsung di Dipayana RM, Wonosobo, Jawa Tengah, 12 Oktober 2024,bertujuan untuk memperkenalkan serta melestarikan budaya lokal, sekaligus merayakan Hari Sumpah Pemuda.
Bundengan, yang merupakan alat musik tradisional khas dari Wonosobo, menghasilkan suara yang lembut dan harmonis. Alat musik ini terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan senar, dimainkan dengan cara dipetik. Bundengan biasanya digunakan dalam berbagai acara budaya dan kesenian, seperti pertunjukan seni, upacara adat, dan festival budaya.
Asal usul Bundengan berkaitan dengan Kowangan, sebuah tudung yang biasa dipakai petani saat pergi ke ladang. Kowangan terbuat dari pelepah bambu dan sering dilapisi ijuk di bagian luar. Ketika cuaca panas atau hujan, petani menggunakan Kowangan ini untuk berlindung. Transformasi Kowangan menjadi alat musik Bundengan berawal dari rasa bosan petani saat menggembala ternak di ladang. Untuk mengisi waktu senggang, petani memasang senar di bagian dalam Kowangan, sehingga terciptalah alat musik Bundengan. Saat senar tersebut dipetik, muncul suara merdu yang menyerupai gamelan, mulai dari kendang, bendhe, hingga gong.
Di Kabupaten Wonosobo, maestro Bundengan yang terkenal adalah Munir dan Bohori, keduanya berasal dari Desa Ngabean, Kecamatan Kalikajar. Mereka menampilkan pertunjukan musik dengan Bundengan di Workshop Budaya yang diselenggarakan oleh Emmanus TV. Penampilan Bundengan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi simbol kekayaan budaya daerah yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Selain penampilan Bundengan, acara ini juga menampilkan berbagai pertunjukan seni dan budaya lainnya, termasuk tari tradisional dan pertunjukan pencak silat. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan betapa beragamnya kekayaan budaya Indonesia, serta mengajak generasi muda untuk aktif dalam pelestariannya.
Dengan diadakannya Workshop Budaya ini, Emmanus TV berkomitmen untuk terus memperkenalkan berbagai bentuk seni dan budaya kepada masyarakat. Harapannya, generasi muda tidak hanya mengenal, tetapi juga mencintai dan melestarikan warisan budaya yang menjadi identitas bangsa.
Dengan demikian, suara indah dari Bundengan tidak hanya menjadi pembuka acara, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari. Workshop ini diharapkan mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pelestarian budaya daerah mereka, menjadikannya bagian integral dari kehidupan mereka. (Achmad Aristyan)