Candi Blandongan merupakan salah satu candi bersejarah berbahan bata di kompleks percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Temuan paling dari Candi ini adalah amulet (jimat) dan votive tablet (simbol Buddha dari tanah liat).
Bangunan ini memiliki denah bujur sangkar berukuran 25 x 25 meter dengan empat tangga naik di setiap sisinya. Candi ini telah mengalami pemugaran sejak pertama kali diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1992.
Temuan Arkeologis dan Indikasi Usia Candi
Candi ini diduga digunakan sebagai aktivitas keagamaan Buddha.
Hal ini dilihat pada penelitian yang dilakukan sejak tahun 1992. Penelitian ini menemukan berbagai artefak seperti amulet berbahan tanah liat bergambar tokoh agama Buddha dan bertuliskan mantra.
Selain itu, ditemukan pula votive tablet, arca Buddha, serta gerabah yang dipercaya berasal dari abad ke-4 Masehi. Berdasarkan penelitian, para arkeolog memperkirakan Candi Blandongan berasal dari abad ke-4 hingga ke-7 Masehi.
Namun, hasil pertanggalan karbon menunjukkan kemungkinan usia lebih tua, yakni abad ke-2 hingga ke-4 Masehi. Hal ini menjadikan Candi Blandongan sebagai salah satu candi tertua di barat Jawa, bahkan lebih tua dibandingkan Borobudur.
Struktur dan Arsitektur Candi Blandongan
Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Candi Blandongan terdiri dari dua bagian utama, yaitu bangunan luar dan bangunan inti. Dinding luar candi dibangun dengan pola Copstrek dan memiliki ketebalan 1,75 cm.
Pada bagian luar dinding, ditemukan berbagai hiasan seperti pelipit datar, pelipit kumuda (haplon), pelipit sisi genta, serta pelipit kerucut terpotong (gerigi). Selain itu, terdapat sisa lapisan putih yang diduga berasal dari lepa.
Di bagian dalam bangunan luar, terdapat halaman bata yang dilapisi stucco, yakni campuran kapur, kerikil, dan tumbukan kulit kerang. Bangunan inti candi berada di tengah halaman dengan denah bujur sangkar dan hanya menyisakan bagian kaki struktur bangunan.
Bagian atas candi yang sudah runtuh diduga berbentuk stupa yang terbuat dari susunan bata dan dilapisi beton stuko. Hal ini diperkuat dengan temuan pecahan beton stuko berbentuk lengkung menyerupai stupa dengan ketebalan 20 cm.
Hubungan dengan Situs Candi Lain di Jawa
Menurut penelitian Agustijanto Indrajaya dari Pusat Riset Arkeologi Sejarah dan Prasejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Candi Blandongan memiliki kesamaan dengan candi di Batang dan Kendal, Jawa Tengah.
Kesamaan tersebut terletak pada penggunaan material bata serta pola arsitektur yang dipengaruhi bangunan candi di Nalanda, India. Keunikan lain dari Candi Blandongan adalah keberadaan stupa yang berada di dalam bangunan.
Hal ini merupakan sesuatu yang jarang ditemukan di candi-candi lain. Kemudian pada akses utama candi yang memiliki desain gapura berbentuk membulat.
Desain merupakan pengaruh arsitektur India. Setelah masa Candi Blandongan, bentuk gapura seperti ini tidak lagi digunakan pada candi-candi Buddha berikutnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada tahun 2018, Candi Blandongan ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya tingkat Kabupaten.
Candi ini merupakan bagian dari kompleks percandian Batujaya, yang luasnya diperkirakan mencapai 300 hektare dengan 39 titik candi yang telah teridentifikasi.
Saat ini, Candi Blandongan ilengkapi pagar pembatas untuk melindungi dari kerusakan.
Pengunjung diperbolehkan melihat dari dekat, namun tidak diizinkan masuk atau naik ke bagian dalam candi karena masih dianggap suci oleh umat Buddha.
Situs ini juga difungsikan sebagai tempat edukasi dan kunjungan publik, termasuk bagi para peziarah Buddha. Candi Blandongan merupakan salah satu candi tertua di Pulau Jawa dengan nilai sejarah dan arsitektur yang unik.