Candi Muaro Jambi yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Situs ini menyimpan setidaknya 110 candi dan 85 gundukan atau menapo.
Candi Muaro Jambi terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, dengan luas 3.981 hektar. Kompleks candi ini, diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga ke-12 M, namun ada juga yang mengatakan candi ini telah dibangun sejak abad ke 4 Masehi.
Candi ini telah menjadi situs candi terbesar dan terawat dengan baik di Pulau Sumatra. Sejak tahun 2009, kompleks ini dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Pengungkapan temuan arkeologis di KCBN Muaro Jambi menunjukkan bahwa kawasan ini bukan hanya sekadar candi bersejarah.
Sebaliknya, ia adalah pusat pendidikan Buddhisme tertua dan terluas di Asia Tenggara pada masa lampau. Hal ini diperkuat dengan adanya corak buddhisme dan penemuan tulisan aksara Jawa Kuno.
Candi Muaro Jambi, kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara yang diduga peninggalan kerajaan Sriwijaya atau kerajaan Melayu, kini menjadi saksi bisu dari sejarah gemilang Indonesia.
Penemuan candi ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke, namun baru mulai mendapatkan perhatian serius pada tahun 1975. Sedangkan pemugaran pertama kali dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada 1975 yang dilaksanakan oleh R.Soekmono, seorang arkeolog Indonesia.
Baca Juga: Simbol Sejarah Situ dan Candi Cangkuang
Candi ini dibangun dengan menggunakan bata merah dan pada dindingnya belum ditemukan pahatan-pahatan relief. Fungsinya yaitu sebagai tempat peribadatan dan belajar agama Budha. Dalam kompleks percandian ini, sembilan bangunan telah dipugar dan menampilkan corak Buddhisme. Antara lain adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Selain sebagai warisan budaya, kompleks percandian Muaro Jambi memiliki struktur dan tinggalan sejarah lainnya. Dengan gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas, parit atau kanal kuno, kolam penampungan air, serta gundukan tanah dengan struktur bata kuno, kompleks ini menjadi bukti kehidupan dan pertemuan berbagai budaya pada masa lalu.
Gunung kecil di kompleks tersebut dinamakan sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak oleh masyarakat setempat. Gunung kecil tersebut bukan hanya sebuah gundukan tanah buatan manusia, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah kompleks percandian Muaro Jambi.
Banyak hal menarik dari situs ini. Misalkan seperti memiliki kawasan yang sangat luas, sepuluh kali lipat lebih luas jika dibandingkan dengan situs Borobudur. Selain candi, banyak terdapat spot menari seperti danau, kolam-kolam kuno, hingga parit buatan pada masanya. (Anisa Kurniawati-Sumber: itjen.kemdikbud.go.id)