By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Candi Tebing Gunung Kawi, Pertapaan Suci Raja-raja Bali
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Candi Tebing Gunung Kawi, Pertapaan Suci Raja-raja Bali
Warisan Budaya

Candi Tebing Gunung Kawi, Pertapaan Suci Raja-raja Bali

Achmad Aristyan
Last updated: 01/01/2025 03:20
Achmad Aristyan
Share
Candi Tebing Gunung Kawi yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Udayana. Foto: indonesiakaya.com
SHARE

Di tengah lanskap persawahan bertingkat dengan sistem irigasi tradisional subak di wilayah Tampaksiring, Gianyar, Bali, terdapat situs bersejarah yang megah yaitu Candi Tebing Gunung Kawi.

Kompleks ini, yang terletak di tebing Sungai Tukad Pakerisan, terdiri atas 10 candi yang dipahat langsung pada batu pasir. 

Keunikan dan kemegahannya menjadikannya saksi kejayaan Dinasti Warmadewa, khususnya pada masa pemerintahan Raja Udayana.

Sejarah dan Fungsi Candi

Melansir dari Wikipedia, Candi Tebing Gunung Kawi diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi, dimulai pada masa pemerintahan Raja Marakata Pangkaja (1025–1049 M) dan diselesaikan Raja Anak Wungsu (1049–1080 M). 

Kompleks candi ini awalnya dirancang sebagai tempat pemujaan untuk Raja Udayana, pendiri Dinasti Warmadewa, yang dikenal sebagai penguasa bijaksana di Bali.

Prasasti Tengkulak dari tahun 945 Saka (1023 M) menyebut kawasan ini sebagai Amarawati, kompleks pertapaan suci. Keberadaan candi-candi di tebing ini terkait erat dengan ajaran Hindu-Buddha yang berkembang harmonis pada masa itu.

Tata Letak Candi

Kompleks Candi Tebing Gunung Kawi tersebar di tiga lokasi utama:  

  1. Lima candi di sisi timur Sungai Tukad Pakerisan dianggap pusat utama, diperkirakan untuk Raja Udayana, Permaisuri Gunapriya Dharmapatni, dan ketiga anak mereka.  
  2. Empat candi di sisi barat sungai, diduga tempat pemujaan bagi selir-selir Raja Udayana.  
  3. Satu candi di sisi barat daya, berjarak 200 meter, diyakini bagi pejabat tinggi kerajaan.  

Di antara kesepuluh candi, candi paling utara di sisi timur sungai dipercaya sebagai yang pertama dibangun. Hal ini didukung prasasti dengan tulisan “Haji Lumah Ing Jalu” yang berarti “Sang Raja dimakamkan di Jalu (Tukad Pakerisan).”

Keindahan dan Nilai Toleransi  

Tidak hanya arsitektur Hindu yang mendominasi, kompleks ini juga menunjukkan pengaruh Buddha. Di sekitar candi Hindu terdapat ceruk-ceruk kecil sebagai tempat meditasi para penganut Buddha, menandakan harmoni keagamaan.

Sosok Empu Kuturan, penasihat utama Raja Anak Wungsu, juga memainkan peran penting dalam pengembangan kompleks ini.

Pesona Wisata dan Sejarah  

Keindahan Candi Tebing Gunung Kawi tidak hanya terletak pada nilai historisnya, tetapi juga pada lanskap alaminya. Dikelilingi persawahan hijau dengan aliran air Tukad Pakerisan, suasana di sini memberikan pengalaman tersendiri. 

Selain itu, situs ini mencerminkan kebijaksanaan kerajaan Bali kuno dalam menjaga keberagaman dan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenal Urutan, Sosis Kering Fermentasi Tradisional Khas Bali

5 Kebudayaan Unik Suku Mentawai di Sumatera Barat

Simbol Syukur dan Kebersamaan dalam Gerak Tari Gandrung

9 Sajian Kuliner Bantul dengan Cita Rasa Otentik dan Klasik

Menelusuri Jejak Arkeologi Buddha di Situs Kalibukbuk Bali

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Festival Erau, Pesta Rakyat Tertua di Kalimantan Timur 
Next Article Gua Akbar Tuban, Antara Mitos dan Keindahan di Kedalaman
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?