Menyajikan panorama alam yang memukau, Desa Wisata Sawarna memiliki daya tarik yang luar biasa. Berada di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, desa ini berbatasan dengan Samudra Hindia di sisi selatan, dengan kawasan pesisir pantai menakjubkan..
Dari Pantai Pulo Manuk di sisi barat hingga Pantai Karang Taraje di sisi timur, Sawarna menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, dengan pasir putih yang berpadu dengan jajaran karang terjal yang menambah daya tariknya.
Melansir dari Wikipedia, pantai-pantai di Sawarna terkenal dengan ombaknya yang besar untuk berselancar. Ombak-ombak yang bergulung saling berkejaran menuju pantai menjadikan Sawarna salah satu tujuan utama para peselancar lokal dan internasional.
Keindahan alam ditambah dengan bentang alam yang luas, membuat desa ini semakin populer di kalangan para wisatawan lokal maupun globak yang mencari ketenangan sekaligus petualangan.

Sejarah Sawarna
Desa Sawarna bukan hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga memiliki sejarah yang menarik. Salah satu cerita sejarah yang dikenal adalah adanya makam Jean Louis van Gogh, sepupu dari Vincent van Gogh, yang ditemukan pada awal 2000-an.
Jean Louis membuka perkebunan kelapa seluas 54 hektare di pinggir Pantai Ciantir dan Tanjung Layar pada sekitar tahun 1907. Perkebunan ini mempekerjakan banyak pribumi dari luar Banten, yang kemudian menjadi bagian dari komunitas yang dikenal sebagai Sawarna.
Menurut cerita, ada dua versi mengenai asal-usul nama Sawarna. Ada yang mengatakan bahwa nama Sawarna berasal dari kata “Sorana” dalam bahasa Sunda yang berarti suara, yang merujuk pada suara alam yang terdengar di desa itu
Namun, ada yang berpendapat, Sawarna berasal dari nama Swarna, tokoh yang menjadi kepala desa pertama. Dalam bahasa Sunda, “Swarna” berarti satu warna, yang menggambarkan keharmonisan masyarakat setempat yang berasal dari berbagai latar belakang etnis.
Desa Wisata
Seiring berjalannya waktu, Desa Sawarna mengalami transformasi yang signifikan. Dari sebuah perkebunan kelapa, desa ini beralih menjadi desa wisata yang terkenal dengan keindahan alamnya.
Wisatawan kini dapat menikmati berbagai aktivitas seperti surfing, trekking, dan menikmati pemandangan alam yang menyenangkan. Seiring perkembangan wisata, banyak warga Sawarna menyewakan “homestay” atau rumah penduduk sebagai tempat menginap bagi para pelancong.

Penduduk Sawarna terdiri berbagai etnis, termasuk Suku Banten, Sunda, dan Jawa. Keberagaman ini dipengaruhi sejarah desa yang dulu dihuni pekerja perkebunan kelapa dari luar Banten.
Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, buruh tani, atau pedagang, namun sejak desa ini dikenal sebagai tujuan wisata, banyak yang beralih menjadi pemandu wisata.
Wisata Sejarah
Di balik keindahan alamnya, Desa Sawarna juga menyimpan sejarah kelam, yaitu tragedi romusha yang terjadi selama masa penjajahan Jepang. Ratusan ribu pekerja paksa (romusha) kehilangan nyawa mereka akibat proyek pembangunan Jalur Kereta Api Saketi-Bayah, yang kini tidak lagi berfungsi.
Desa Sawarna bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga sebuah desa yang sarat akan sejarah dan budaya. Keindahan alam yang luar biasa, ditambah kisah sejarah, menjadikan Sawarna sebagai destinasi wisata di Banten yang layak dikunjungi. (Dari berbagai sumber)