Bagi yang berkunjung ke Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, tidak lengkap rasanya bila tidak menjelajahi jejak sejarah yang ada di kota ini. Ende memang Istimewa karena memiliki sejarah sangat penting dalam perjuangan dan pencarian identitas bangsa Indonesia di masa silam, terutama terkait pengasingan Ir. Soekarno, Presiden pertama Indonesia.
Mengutip dari Indonesia.go.id, Soekarno diasingkan ke Ende oleh pemerintah kolonial Belanda dari 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Pengasingan ini tidak hanya sebagai hukuman politik, tetapi juga menjadi periode kritis dalam perkembangan pemikiran Soekarno.
Belanda sengaja mengasingkan Bung Karno ke Ende, agar terpisah jauh dari sahabat dan pendukungnya. Sementara tahanan politik lain dibuang ke Boven Digoel. Namun, justru di pengasingan ini memberikan kesempatan bagi Bung Karno merenung dan menghasilkan pemikiran-pemikiran besar termasuk ideologi Pancasila yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia.
Tahun 1951, ketika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno untuk pertama kalinya mengunjungi Ende. Dalam kunjungannya, Soekarno menginginkan rumah pengasingan itu dijadikan museum. Pada kunjungan kedua tahun 1954, Ir. Soekarno meresmikan rumah itu sebagai “Rumah Museum”.
Tempat bersejarah rumah pengasingan Soekarno di Jalan Fajar, Kampung Ambugaga, Ende hingga kini masih terawat. Lokasinya dekat Bandara Hasan Aroeboesman. Rumah yang dibangun tahun 1927 ini sekarang berfungsi sebagai museum yang memamerkan artefak bersejarah, seperti biola Soekarno, tempat tidur, kursi, dan lukisan-lukisan karyanya.
Saat di pengasingan, Bung Karno banyak menulis naskah tonil. Sedikitnya ada 13 naskah sandiwara Bung Karno di Ende, yakni Dokter Setan, Rendo, Rahasia Kelimutu, Jula Gubi, Kut Kutbi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dinamit, Nggera Ende, Amoek, Rahasia Kelimutu II, Sang Hai Rumba, dan 1945.’’
Di dekat rumah pengasingan, terdapat Taman Renungan di mana Soekarno sering beristirahat di bawah pohon sukun. Tempat ini menjadi saksi bisu dari proses pemikiran Soekarno dalam merumuskan nilai-nilai Pancasila yang penting bagi bangsa Indonesia. Tepat di bawah pohon sukun tersebut, terdapat tulisan Bung Karno yakni “Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila.”
Pohon sukun masa pengasingan Soekarno sudah tumbang sekitar tahun 1960 dan ditanam pohon sukun baru pada 1981. Meskipun pohon sukun yang asli sudah tidak ada, pohon penggantinya tetap menjadi simbol penting dalam sejarah Ende dan Indonesia. Di dekat pohon sukun itulah, kini dibuatkan Taman Perenungan Bung Karno dan patung Bung Karno yang sedang duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.
Soekarno menghabiskan masa pengasingan bersama istrinya, Inggit, Ratna Djuami (anak angkat), dan ibu mertuanya. Makam Ibu Amsi, mertua Soekarno, berada di Ende dan menjadi bagian dari jejak sejarah keluarga Soekarno di kota ini Penduduk setempat bangga memelihara dan menghormati peran besar yang dimainkan Bung Karno dalam sejarah modern Indonesia. Rumah Pengasingan Ir. Soekarno di Ende telah ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya berperingkat Nasional dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.
Kunjungan ke Ende tentunya akan memberikan pengalaman wisata sejarah mendalam, sekaligus merenungkan pentingnya kota ini dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia.