Engklek merupakan permaianan tradisonal yang sering dimainkan oleh sekelompok anak-anak. Setiap anak berbekal pecahan batu atau genting yang kemudian melompat dengan satu kaki pada petak yang telah digambar di tanah.
Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, tampaknya anak-anak jaman sekarang lebih suka menggunakan smartphone mereka untuk bermain game. Banyak dari mereka yang sudah jarang melakukan berbagai permainan tradisional, salah satunya yaitu Engklek.
Padahal permainan Engklek dapat digunakan untuk memperkenalkan pada anak-anak mengenai nilai-nilai tradisional serta membangun hubungan sosial. Selain itu permainan ini bukan hanya sekedar hiburan, tetapi efektif untuk membuat anak-anak belajar kesabaran, ketekunan dan menghargai keberagaman.
Sejarah Permainan Engklek
Permainan ini ternyata sudah dimainkan di berbagai belahan negara sejak dulu kala. Dalam bahasa Inggris disebut juga sebagai permainan scotch hop yang sudah dimulai sejak jaman kekaisaran Romawi. Engklek dikenalkan oleh para penjajah yang biasanya dimainkan di lapangan tanah liat atau ubin semen.
Di Indonesia sendiri game tradisional ini dapat ditemukan di berbagai daerah yang nama-namanya berbeda. Di Jawa disebut sebagai Engklek, namun di bagian Jawa daerah lain namanya bisa berbeda. Lain lagi di Riau yang disebut dengan setatak, atau di Jambi yang dinamakan tejek-tejekan.
Di Jawa, permainan engklek biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Meskipun begitu anak laki-laki juga bisa memainkannya. Akan tetapi saat ini sudah jarang anak-anakan yang memainkan dolanan ini.
Cara Bermain Engklek
Aturan bermainnya cukup mudah. Setiap anak hanya perlu melewati kotak-kotak yang sudah digambar ditanah dengan satu kaki atau dua kaki pada kotak tertentu. Setiap pemain berbekal pecahan genteng atau benda lainnya, biasanya disebut sebagai gaco.
Pemain tidak diperbolehkan untuk menginjak garis kotak. Gaco akan dilemparkan ke salah satu kotak secara berurutan. Kemudian, setiap anak harus menginjak kotak yang tidak terdapat gaco. Jika menyentuh garis kotak, maka akan dianggap kalah dan berganti dengan lewan. Pemain yang sudah menyelesaikan semua kotak akan dianggap sebagai pemenang.
Memperkenalkan kembali engklek kepada anak-anak dapat memicu minat mereka terhadap permainan tradisional dan sebagai salah satu cara untuk menjaga warisan budaya yang mulai meredup. Cara ini juga dapat menumbuhkan perasaan bangga terhadap warisan nenek moyang kita kepada anak-anak. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)