Festival Erau merupakan acara tahunan bagi masyarakat Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Gelaran festival ini dimeriahkan dengan beraneka kesenian mulai dari upacara adat dari Suku-suku Dayak hingga lomba olahraga ketangkasan tradisional.
Tradisi ini berlangsung seiring perjalanan sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Bisa dikatakan, Erau telah berlangsung sejak masa awal Kesultanan Kutai berdiri.
“Erau” berasal dari kata “eroh” (bahasa Melayu) Kutai Tenggarong bermakna keramaian pesta ria.
Penobatan Raja Kutai Kartanegara
Menurut sejarah Erau pertama kali ada sejak abad ke-12 Masehi. Tradisi ini berlangsung saat Aji Batara Agung Dewa Sakti yang masih berusia 5 tahun melaksanakan ritual tijak tanah dan mandi ke tepian.
Kemudian setelah dewasa diangkat menjadi sultan pertama Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Saat itulah setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja Kutai Kartanegar, Erau digelar
Dalam perkembangannya, Erau digelar untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan. Pada awalnya, perhelatan ini berlangsung selama 40 hari 40 malam dan diikuti segenap lapisan masyarakat.
Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kesultanan dengan membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman. Sementara itu, Sultan serta kerabat Keraton lainnya memberikan jamuan makan kepada rakyat.
Hal ini simbol tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya. Seiring waktu, Kerajaan Kutai Kartanegara berubah menjadi Kabupaten Kutai dan Tradisi Erau tetap dipelihara dan dilestarikan.
Festival Budaya
Erau yang dilangsungkan menurut tata cara Kesultanan Kutai terakhir kali diadakan tahun 1965. Tradisi ini mulai dihidupkan kembali pada tahun 1971. Namun, dengan beberapa persyaratan seperti tidak boleh menjalankan upacara Tijak tanah dan Pemberian Gelar.
Erau dilangsungkan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong, yaitu setiap tanggal 29 September. Tetapi, sejak tahun 2010, pelaksanaan festival ini dimajukan menjadi Bulan Juli.
Tradisi yang tadinya pesta rakyat kini telah berubah menjadi perhelatan budaya Internasional. Festival ini memunculkan berbagai kesenian, upacara adat, lomba olahraga tradisional, dan lainnya.
Tahun 2013, untuk pertama kalinya, Erau disandingkan dengan perhelatan budaya tradisional dari berbagai negara. Perhelatan ini bernama Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF).
Pada 2014, festival Erau diikuti oleh 12 negara. Dengan hal ini, festival Erau merupakan representasi dari kearifan lokal di Indonesia yang mendunia. (Dari berbagai sumber)