By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Festival Lopis Raksasa, Tradisi Syawalan di Pekalongan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Festival Lopis Raksasa, Tradisi Syawalan di Pekalongan
Tradisi

Festival Lopis Raksasa, Tradisi Syawalan di Pekalongan

Ridwan
Last updated: 14/10/2024 12:32
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto: pekalongankota.go.id
SHARE

Festival Lopis Raksasa merupakan tradisi syawalan yang biasa diadakan sepekan setelah Hari Raya Idulfitri oleh masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah. Tradisi ini selain sebagai ajang silaturahmi juga mengandung suatu nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan seperti tertuang dalam sila ketiga Pancasila. 

Setelah sepekan setelah Hari Raya Idulfitri, biasanya sebagian besar masyarakat menggelar tradisi syawalan. Tradisi ini menjadi bagian dari kegiatan masyarakat Indonesia sebagai wadah untuk menyambung tali silaturahmi usai menunaikan ibadah di bulan suci Ramadan.

Tak terkecuali bagi masyarakat di wilayah Pekalongan, Jawa Tengah. Tradisi syawalan ini sempat ditiadakan saat pandemi Covid-19 merebak pada 2020 dan 2021 dan mulai kembali diadakan pada tahun 2023.

Bagi masyarakat Pekalongan, tentu tradisi potong lopis raksasa menjadi hal yang paling ditunggu di bulan Syawal karena mampu mempererat tali silaturahmi. Lopis atau lupis, makanan berbahan dasar ketan khas Krapyak, Pekalongan, memang memiliki daya tarik dan filosofi budaya tersendiri. Lopis mengandung suatu nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan seperti tertuang dalam sila ketiga Pancasila.

Di Kota Pekalongan, lopis hanya dibuat dan dijumpai pada bulan Syawal usai Ramadan. Untuk menemukan pedagang lopis, tidak terlalu sulit. Anda dapat menjumpai para pedagang lopis menjajakan dagangannya di sepanjang jalan Truntum, Jlamprang, dan Jatayu.

Lopis raksasa biasanya dibuat setinggi sekitar 2 meter, berat hampir 2 ton, serta lebar 250 cm. Kemudian, Makanan versi jumbo ini diletakkan di Taman Lopis dekat Sungai Krapyak. Konon, tradisi lopis raksasa dipelopori oleh KH Abdullah Sirodj, ulama asal Krapyak, Putra Martoloyo II. Ia merupakan keturunan Tumenggung Bahurekso, salah satu Senopati kerajaan Mataram di Pekalongan yang merupakan tokoh legendaris Babad Pekalongan.

KH Abdullah menjalankan puasa Syawal, yakni sehari setelah lebaran pada tanggal 2 hingga 7 Syawal. Tradisi puasa tersebut kemudian diikuti oleh masyarakat Krapyak dan sekitarnya, sehingga mereka tidak saling berkunjung atau melakukan silaturahmi.

Oleh karena itu, masyarakat setempat baru melakukan silaturahmi setelah selesai berpuasa Syawal selama tujuh hari. Mereka kemudian melakukan tradisi potong lopis di daerah tersebut. Kue lopis dipilih untuk menjamu para tamu karena tahan lama dan tidak mudah basi.

Sementara itu, pendapat kedua dikemukakan Dirhamsyah, tokoh pemerhati sejarah budaya Pekalongan. Menurutnya, tradisi potong lopis muncul pada tahun 1950 yang terinspirasi dari pidato Presiden pertama RI Ir Sukarno. Ketika menghadiri rapat akbar di Lapangan Kebon Redjo, 1950, Bung Karno berpesan agar rakyat Pekalongan bersatu seperti lopis. Alasan itu yang membuat masyarakat Pekalongan selalu memotong lopis setiap syawalan.

Sampai saat ini, tradisi Lopis Raksasa masih diadakan. Biasanya juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti bazar UMKM, jalan sehat, donor darah, gambusan dan musik religi, serta lainnya. (Anisa Kurniawati-Sumber: Indonesia.go.id)

You Might Also Like

Tradisi Memitu, Syukuran 7 Bulan Ibu Hamil Di Indramayu

Malam Berinai, Tradisi Sebelum Akad Pernikahan Melayu Jambi

Perahu Sandeq, Identitas Diri Masyarakat Mandar Sulbar

Baayun Maulid, Tradisi Budaya Banjar Yang Tetap Lestari

Nguras Enceh, Tradisi Sakral di Kompleks Makam Raja Imogiri

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Coto Makassar, Kuliner Kaya Rasa dan Kaya Rempah 
Next Article Jipeng, Kolaborasi Tanji dan Topeng dalam Orkes Betawi
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?