Dalam tradisi Hindu di Bali, Penjor menjadi elemen penting dalam perayaan Hari Raya Galungan. Sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Hyang Widi Wasa atas kemakmuran yang diberikan.
Ornamen ini dipasang di depan rumah, kantor, dan tempat usaha sejak beberapa hari menjelang Galungan. Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan diperingati setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali berdasarkan Kalender Saka Bali.
Kemeriahan hiasan ini kerap menjadi penanda kesiapan umat Hindu menyambut hari besar. Penjor adalah batang bambu tinggi dengan ujung melengkung yang dihiasi berbagai aksesori.
Berdasarkan fungsi dan atributnya terbagi menjadi dua jenis penjor yaitu yang sakral dan hiasan. Masing-masing memiliki tujuan dan aturan pemasangan yang berbeda.
Baca juga: Ngurah Gede Pemecutan, Pelopor Seni Lukis Sidik Jari dari Bali
Atribut Spiritual
Melansir dari Kompas, Penjor sakral dipasang dalam waktu, tempat, dan kondisi tertentu yang berkaitan erat dengan pelaksanaan upacara adat. Penjor jenis ini dilengkapi dengan berbagai atribut yang memiliki makna spiritual.
Pertama, batang bambu simbol kekuatan Dewa Brahma. Kemudian, janur atau daun enau melambangkan kekuatan Hyang Mahadewa, dan kelapa simbol kekuatan Hyang Rudra.
Selain itu, terdapat tiga jenis hasil bumi yang turut melengkapi penjor sakral, yaitu pala bungkah seperti umbi-umbian yang melambangkan kekuatan Dewa Wisnu, pala gantung seperti buah-buahan (misalnya kelapa dan nanas), serta pala wija berupa biji-bijian seperti padi dan jagung.
Penjor sakral juga dilengkapi dengan sanggah ardha chandra, yaitu sebuah tempat sesajian berbentuk kotak bambu melengkung yang melambangkan Dewa Syiwa.
Sebagai pelengkap, ornamen ini dihiasi dengan jajan tradisional, uang kepeng, serta sesaji lainnya.
Keseluruhan bentuknya yang menjulang tinggi melambangkan Gunung Agung sebagai pusat kehidupan dan sumber kesejahteraan. Sementara itu, komponennya merepresentasikan anugerah kekuatan para dewa kepada umat manusia.
Baca juga: Menelusuri Nilai Filosofis dan Estetis di Balik Rumoh Aceh
Elemen Estetika
Dilansir dari Detik, penjor hiasan lebih fleksibel dalam pemasangannya serta tidak memiliki baku dan aturan ketat terkait waktu dan tempatnya.
Meski begitu, beberapa atribut khas penjor sakral, seperti sanggah ardha chandra, tidak boleh digunakan dalam penjor hiasan agar tetap menghormati makna sakralnya.
Menjga Keseimbangan Alam
Melansir dari Wikipedia, sebagai simbol syukur atas anugerah Tuhan, penjor mencerminkan harmoni antara alam, manusia, dan Sang Pencipta.
Tidak hanya menjadi ornamen yang memperindah suasana, namun juga mengingatkan umat Hindu pentingnya menjaga keseimbangan alam dan bersyukur atas segala nikmat yang diterima.
Dalam setiap perayaan Galungan, kehadiran penjor menjadi wujud nyata penghormatan kepada para dewa, sekaligus pengingat akan kekayaan budaya Bali yang penuh makna spiritual.
Tradisi ini tidak hanya melestarikan adat istiadat, tetapi juga memperkuat ikatan masyarakat dalam kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.