Kementerian Kebudayaan melalui Galeri Nasional Indonesia meresmikan pameran “Jejak Perlawanan: Sang Presiden 2001” pada Kamis malam, 9 Januari 2025. Pameran digelar untuk menghormati mendiang perupa Hardi (1951-2023).
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa Hardi adalah seorang seniman dan pemikir hebat yang tidak hanya berkontribusi melalui karya-karyanya, tetapi juga aktif menulis di media nasional seperti Sinar Harapan dan Kompas.
Hardi dikenal dengan pemikirannya yang kritis dan menjadi pelopor gerakan seni rupa baru pada tahun 1975, setelah peristiwa Desember Hitam 1974.
“Seni rupa baru menjadi salah satu hal penting di dalam sejarah seni rupa Indonesia. Karena pernah melakukan kritik terhadap generasi sebelumnya,” kata Fadli Zon.
Menurut Fadli, pameran ini merupakan bentuk penghargaan atas dedikasi Hardi terhadap seni rupa dan budaya Indonesia. Fadli juga menekankan, Hardi adalah seniman dengan semangat perlawanan yang dituangkan dalam karya-karyanya.
“Kalau kita lihat ada lukisan-lukisan dari tahun 70-an, tahun 80-an. Waktu itu, kritik-kritik Hardi itu bisa dituangkan di dalam kanvas, dan juga mendapatkan atensi tentu saja dan apresiasi dari berbagai media ketika itu,” kata Menteri Kebudayaan Fadli Zon usai membuka pameran tersebut di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis malam.
Jarot Mahendra, Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, menyatakan bahwa pameran ini tidak hanya mengenang Hardi sebagai seniman, tetapi sebagai pribadi yang menginspirasi melalui beragam karyanya.
Sosok perupa ini tidak hanya membuat lukisan. Dia juga menciptakan karya unik seperti keris sketsa, arsip pribadi, hingga instalasi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Jarot juga menekankan pentingnya pameran ini sebagai wadah edukasi, apresiasi, dan kolaborasi, dengan harapan seni rupa dapat berdampak lebih luas bagi masyarakat.
“Tentunya juga menunjukkan bahwa seni rupa tidak hanya menjadi medium ekspresi individual tetapi juga menjadi instrumen edukasi, apresiasi, kolaborasi yang berdampak bagi masyarakat luas,” kata Jarot dikutip dari antaranews.com.
Pameran yang menampilkan 78 karya Hardi ini, berlangsung dari 9 hingga 26 Januari 2025 di Gedung A, Galeri Nasional. Pameran diharapkan menjadi ruang diskusi produktif bagi pelaku seni, akademisi, masyarakat, dan media, dalam mendukung kemajuan seni rupa Indonesia.
Terbuka untuk umum, pameran ini menjadi kesempatan langka untuk lebih mengenal perjalanan hidup dan karya-karya Hardi. Selain itu untuk mengapresiasi seni rupa sebagai bagian penting dari kebudayaan Indonesia.