Tari Giring-Giring, tarian tradisional Suku Dayak Ma’anyan di Provinsi Kalimantan Tengah, yang digunakan sebagai simbol pemersatu antara satu dengan yang lainnya. Tarian ini mengekspresikan kegembiraan dan rasa senang masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah dengan menggunakan tongkat sebagai media menarinya.
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, tarian ini diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak permulaan tahun 525 di daerah Paju Ampat, Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah dan menyebar luas ke berbagai daerah sekitar dan ke Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Pada awalnya tarian ini dikenal dengan nama Tari Gangereng. Pada jaman dahulu, tarian ini ditampilkan pada saat menyambut pahlawan Suku Dayak yang telah menang dalam perang melawan penjajah. Maka dari itu, saat ini tarian ini juga digunakan untuk menyambut kedatangan tamu.
Seiring perkembangannya, tari Giring-Giring dikreasikan, namun tetap tidak meninggalkan unsur keasliannya. Tari ini mengalami perkembangan dari ragam gerak, musik, jenis busana maupun alat musik. Hal ini disebabkan karena perpindahan penduduk dari daerah asal ke daerah lainnya.
Tarian yang dulunya digunakan untuk menyambut kemenangan pahlawan kemudian berubah menjadi tari pergaulan muda mudi yang penuh suka cita, tarian selamat datang dan tari sebagai bentuk rasa syukur. Biasanya ditampilkan pada acara-acara untuk menyambut tamu seperti, pesta pernikahan, hajatan, dan pada acara-acara seremonial lainnya.
Tari dengan Media Tongkat
Mulanya disebut sebagai tari Gangereng, namun diubah menjadi Tari Giring-Giring agar lebih mudah diingat oleh masyarakat. Gangereng sendiri adalah properti yang digunakan untuk menari. Alat ini terdiri dari dua buah stik atau gantar atau tongkat yang dipegang dengan tangan kanan dan kiri.
Stik atau gantar yang digunakan untuk tangan kiri terbuat dari papan yang berbentuk perisai berukuran
8×120. Stik ini merupakan replika dari senjata tradisional lunju/tombak (bambu runcing) yang digunakan suku Dayak di Kalimantan Tengah dalam berperang melawan penjajah.
Sedangkan, Gangereng untuk tangan kanan, terbuat dari seruas bambu yang ujung-ujung rongganya ditutup menggunakan kayu ringan serta bagian tengah bambu dilubangi kemudian bambu tersebut diisi dengan biji buah merah yang sudah tua.
Uniknya, apabila gangereng tersebut dihentakkan secara beraturan, maka akan mengeluarkan bunyi dan nada yang harmonis. Gerakan tari dasarnya yaitu menggerak-gerakan badan mengikuti irama musik, sambil menghentak-hentakkan stik dan gangereng sehingga menimbulkan bunyi.
Sedangkan iringan musik menggunakan dengan suara alat musik, saron, gendang dan gong. Keserasian dari gerakan tangan dan kaki ditambah dengan keserasian antara ritme musik dan gerakan penarinya itulah yang menjadi daya tarik bagi orang menonton pertunjukan tari giring–giring. (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)