Goyang Karawang adalah istilah gaya menari dari daerah Karawang, Jawa Barat yang khas dengan goyang pinggulnya. Sebenarnya julukan ini telah lama dikenal sebelum kemunculan seni Jaipong.
Kesenian ini lahir dari masyarakat Karawang yang agraris dan daerahnya dulu menjadi lumbung padi Indonesia. Kemunculan istilah gaya tarian ini, belum diketahui pasti kapan munculnya.
Menurut beberapa sumber, istilah Goyang Karawang ini mulai populer awal sejak tahun 1980-an. Sedangkan, seniman lain menyebut sejak tahun 1970 sudah ada istilah itu.
Mengutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, istilah gaya tarian itu dikenal sejak masa revolusi perjuangan. Istilah ini digunakan untuk menyebut tingginya semangat perjuangan masyarakat Karawang melawan penjajah.
Akar Tarian
Julukan “goyang Karawang” sendiri sebenarnya sudah ada sebelum seni Jaipong. Di dalam gerakan kesenian Jaipong pun dikenal dengan istilah 3G (goyang, gitek, geol).
Goyang merupakan ayunan pinggul tanpa hentakan. Sedangkan gitek adalah gerakan pinggul yang menghentak dan mengayun. Sementara untuk gerakan geol adalah gerakan pinggul yang memutar.
Dari istilah inilah julukan goyang karawang muncul dan sering diidentikkan dengan seni Jaipong.
Goyang Karawang adalah gaya menari rancak dan khas dari para penari Karawang tempo dulu. Menurut pemerhati budaya, gerakan pitu menggambarkan karakter masyarakat Karawang yang terbuka, periang, dan apa adanya.
Hal ini dipengaruhi lingkungan masyarakat Karawang dulu yang sebagian besar bekerja di bidang agraria. Hidupnya sederhana, terbuka, dengan ekspresi jujur apa adanya. Mereka menari terbuka dan penuh kejujuran.
Karena tidak ada pihak penguasa yang harus diperhatikan penilaiannya. Mereka menari untuk kesenangan atau hiburan setelah bekerja di sawah dan ladang. Namun ada padangan, goyangan itu dianggap lebih menampilkan sisi erotisme.
Kesenian ini pun sering dianggap negatif dan memiliki sebuah citra buruk. Maka dari itu seiring perkembangannya, berbagai pihak seperti pemda berupaya merubah pandangan negatif itu.
Salah satunya adalah dengan mengadakan Festival Goyang Karawang yang berhasil tercatat dalam Museum Rekor Rekor Indonesia (MURI) sebagai festival yang dilaksanakan oleh penari terbanyak, yaitu 17.000 orang.
Bukan Goyangan Erotis
Pada dasarnya gaya tarian ini bukanlah nama tarian erotis tapi merujuk pada gerakan yang dilakukan penari ronggeng. Gerakan ini juga ditampilkan dalam kesenian Topeng Banjet/bajidor yang popular.
Seiring perkembangan zaman, gaya menari yang “erotis” penuh dengan sensualitas dipandang negatif. Sebagian masyarakat mengangga gerakan tari ini terlalu berlebihan. Selain itu juga menonjolkan sisi sensitif tubuh penari (wanita).
Padahal tarian ini tercipta karena pengaruh lingkungan masyarakat Karawang yang agraris. Hal itu tidak memungkinkan mereka memiliki waktu memikirkan kreasi seni yang rumit.
Segala sesuatunya mereka lakukan dengan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan langsung. Di sisi lain, kesenian ini terlahir dari sebuah jalinan keakraban antar sesama.
Mereka menari untuk diri sendiri, menghibur teman dan tetangga. Mereka tidak menari untuk mendapatkan pengakuan atau kehormatan pihak lain. Hingga kini, Goyang Karawang meruakan salah satu kekayaan seni budaya Indonesia.