Dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Turki, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Mehmet Nuri Ersoy, di Ankara. Pertemuan ini menghasilkan sejumlah kesepakatan berupa kerjasama kebudayaan.
Kerjasama ini merupakan bagian dari penguatan kemitraan kedua negara. Pertemuan itu merupakan bagian dari agenda kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Turki dan menjadi langkah nyata dalam mendorong diplomasi budaya Indonesia di tingkat global.
“Interaksi budaya Indonesia dan Turkiye telah berlangsung sejak abad ke-16, dari Kesultanan Aceh hingga Kekaisaran Ottoman. Kini, kita ingin menghidupkan kembali semangat itu dalam bentuk kerja sama nyata,” ujar Fadli Zon, dilansir dari infopublik, Jumat (11/4/2025).
Fadli menyampaikan bahwa bukti sejarah hubungan tersebut masih bisa ditemukan, di antaranya berupa koin emas dari Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman yang ditemukan di Gampong Pande, Aceh, serta makam tokoh Ottoman di Bitai, Banda Aceh.
Mengacu pada warisan sejarah tersebut, kedua negara menyepakati pengembangan berbagai kolaborasi budaya. Kolaborasi ini mencangkup produksi film bersama yang mengangkat kisah hubungan Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman.
Baca juga: Indonesia dan Turkiye Sepakati Kerja Sama Budaya, Dari Warisan Sejarah hingga Perfilman
Disamping itu juga penyelenggaraan pameran seni dan lukisan, pendirian Rumah Budaya Indonesia di Turki, serta pengajuan tradisi seperti iftar, kaligrafi, dan majelis ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda.
Selain memperkuat hubungan bilateral, Fadli juga menyuarakan sikap tegas Indonesia terhadap penghancuran warisan budaya di Palestina oleh Israel. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk genosida budaya, dan menegaskan bahwa Indonesia dan Turki sepakat untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina melalui pendekatan diplomasi budaya.
“Kebudayaan adalah identitas. Ketika identitas dihancurkan, yang dirusak bukan hanya bangunan, tetapi martabat suatu bangsa. Kami bersama rakyat Palestina,” tegas Fadli.
Fadli menambahkan, kerjasama kebudayaan ini diharapkan dapat mendorong pelestarian budaya, pertukaran seniman, dan penguatan ekosistem seni dalam era digital. Ia menyebut sektor film, musik, sastra, hingga seni digital sebagai bidang strategis dalam mengembangkan diplomasi budaya modern.
“Melalui budaya, kita membangun diplomasi yang lebih dalam dan berkelanjutan. Sinergi budaya ini adalah fondasi kuat untuk menjalin kerja sama yang saling memperkaya, lintas peradaban,” tutup Fadli Zon.