By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Jaran Kencak, Seni Kuda Berhias dari lumajang Jawa Timur
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Jaran Kencak, Seni Kuda Berhias dari lumajang Jawa Timur
Warisan Budaya

Jaran Kencak, Seni Kuda Berhias dari lumajang Jawa Timur

Achmad Aristyan
Last updated: 20/12/2024 15:34
Achmad Aristyan
Share
Jaran Kencak, kesenian tradisional khas Lumajang yang menyebar hingga Pasuruan, Probolinggo, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, dan Tengger. Foto: jembertourism.jemberkab.go.id
SHARE

Jaran Kencak adalah salah satu seni tradisional khas Lumajang, Jawa Timur, yang menggabungkan kelincahan kuda dengan pakaian zirah perang Jawa.

Seni ini populer tidak hanya di Lumajang, tetapi juga tersebar ke wilayah-wilayah seperti Pasuruan, Probolinggo, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, dan Tengger. 

Dalam kesenian serupa, dikenal Jaran Jenggo di kawasan Pantura dan Kuda Renggong di Jawa Barat.  

Sejak 1755

Melansir dari Wikipedia, awal mula Jaran Kencak terjadi pada tahun 1755, ketika kuda dalam rombongan dari Ponorogo hendak menuju Bali untuk menjalin hubungan dengan keturunan Batara Kathong, tokoh dari kerajaan Majapahit. 

Saat tiba di Lumajang, kuda-kuda yang mengenakan zirah perang khas pewayangan mulai memberontak. Akibatnya beberapa anggota rombongan memutuskan untuk tinggal di Lumajang demi menjinakkan kuda, sementara sisanya melanjutkan perjalanan ke Bali.  

Baca juga: Kesenian Jaran Bodhag, Hiburan Dengan Kuda Tiruan

Proses menjinakkan kuda ini menarik perhatian masyarakat setempat, yang kemudian menjadikannya hiburan dan menciptakan kesenian bernama Jaran Ngepang (kuda menendang), sebelum akhirnya lebih dikenal sebagai Jaran Kencak.  

Pada tahun 1806, migrasi besar-besaran masyarakat Madura ke daerah tapal kuda, termasuk Lumajang, membawa pengaruh terhadap Jaran Kencak. Mereka lalu memadukan seni ini dengan budaya lokal sehingga terbentuk dua jenis utama kesenian khas yang dikenal hingga kini, yakni: 

  1. Jenis Pencak  

Dalam jenis ini, kuda dengan pakaian zirah minimalis bertarung secara simbolis melawan pendekar atau pawang. Gerakan-gerakan kuda ini terinspirasi Jaran Ngepang yang penuh dinamika.  

  1. Jenis Hias

Jenis ini lebih menonjolkan keindahan visual dengan kuda yang mengenakan kostum besar, penuh warna-warni, rumbai-rumbai, dan hiasan bulu merak. Jenis ini terinspirasi dari kehadiran Reog Ponorogo yang juga memiliki pengaruh besar di Lumajang. Tidak seperti jenis Pencak, kuda dalam Jaran Kencak Hias tidak melakukan gerakan atraktif.  

Baca juga: Sejarah dan Variasi Kesenian Jaranan di Kediri

Musik Pengiring Jaran Kencak

  1. Gamelan Reyog, Musik rancak dengan nuansa khas Bali, dipadukan dengan terompet berirama Reyog Ponorogo.
  1. Gamelan Saronen, Musik tradisional khas Madura yang juga memiliki tempo cepat dan terompet dengan nada unik.

Kolaborasi Seni

Jaran Kencak tidak hanya dipentaskan di Lumajang. Seni ini sering ditampilkan dalam acara adat seperti khitanan, pernikahan, hingga karnaval perayaan hari jadi Lumajang.  

Kesenian ini juga sering berkolaborasi dengan seni lain, seperti Tari Glipang dan Reog Ponorogo. Bahkan, seni serupa seperti Jaran Serek telah berkembang di Sumenep, Madura, sebagai hasil inspirasi dari Jaran Kencak. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mencicipi Grubi Sajian Kuliner Khas Jawa Terbuat Dari Ubi

Mencicipi Mendut, Jajanan Kenyal Beraroma Khas Daun Pisang

Wisata Religi Menengok Jam Matahari di Masjid Al-Manshur

Nasi Krawu, Hidangan Legendaris Khas Pesisir Jawa Timur

Kue Batang Buruk, Tercipta dari Kisah Cinta Putri Kerajaan Bintan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menelusuri Gua Lowo Trenggalek, Terpanjang Se-Asia Tenggara
Next Article Seni Rontek Pacitan, Dari Hiburan Budaya Hingga Alat Keamanan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?