Taman Purbakala Cipari tidak hanya menyimpan artefak, tetapi saksi sejarah pertemuan dua zaman
*
Keindahan alam Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, terletak tidak hanya pada pesona alamnya, tetapi juga pada rahasia sejarah yang tersembunyi di kaki Gunung Ciremai. Tepatnya di Kampung Cipari, Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur.
Salah satu situs penyimpan jejak peradaban kuno adalah Taman Purbakala Cipari, situs purbakala yang menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam, tetapi juga sebuah perjalanan ke masa lalu.
Taman Purbakala Cipari
Dilansir dari indonesiakaya.com, pada tahun 1971 di Dusun Cipari yang terletak sekira 4 km dari pusat kota Kuningan, secara tak sengaja ditemukan batuan unik yang menonjol dari sekitarnya.
Kepingan batu pipih yang ditemukan menyerupai bebatuan yang ada di Paseban Tri Panca Tunggal, sebuah cagar budaya di Kuningan, langsung menarik perhatian.
Temuan ini kemudian dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta, yang segera melakukan penggalian lebih lanjut. Tak lama kemudian, sebuah struktur batu yang tersusun rapi menyerupai peti mati ditemukan, memperkuat dugaan adanya makam kuno.
Penggalian pun dilanjutkan pada tahun 1975, dan hasilnya, sebuah peti batu berisi artefak kuno seperti kapak batu, gelang batu, dan gerabah yang dikenal sebagai bekal kubur ditemukan.
Penemuan-penemuan berharga ini akhirnya menjadi dasar bagi pendirian sebuah museum yang bertujuan untuk melestarikan dan memamerkan peninggalan bersejarah.
Pada tahun 1976, dibangunlah sebuah museum sederhana dengan desain unik yang menghadap ke arah barat daya-timur laut. Bangunan oval memanjang ini dilengkapi dengan jendela-jendela kaca persegi, serta atap berbentuk perahu terbalik yang memberikan kesan tradisional.
Museum ini resmi dibuka untuk umum pada tanggal 23 Februari 1978 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. Dr. Syarif Thayeb.
Baca juga: Misteri Ikan Dewa dan Sejarah Balong Keramat Darmaloka
Peninggalan Dua Zaman
Taman Purbakala Cipari tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga merupakan saksi sejarah dari pertemuan dua zaman, yakni Neolitikum dan Megalitikum.
Penemuan artefak perunggu menunjukkan kemajuan teknologi masyarakat pada masa itu, sementara keberadaan batu-batu besar mengindikasikan adanya keyakinan spiritual yang kuat terhadap leluhur.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Cipari pada zaman itu telah memiliki struktur sosial yang kompleks dan sistem pertanian yang maju.
Di area luar museum, terdapat dua kuburan batu berbentuk trapesium yang ditemukan dengan sisa-sisa seperti gelang batu dan gerabah, meskipun tidak ditemukan tulang manusia karena kondisi tanah yang tidak mendukung pengawetan.
Berbagai monumen lain yang ditemukan di situs ini, seperti altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan dakon, mengungkapkan praktik ritual dan pemujaan yang dilakukan masyarakat kuno sebagai bentuk komunikasi dengan arwah leluhur.
Baca juga: Tari Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala Masyarakat Madura
Museum Purbakala Cipari
Taman Purbakala Cipari kini menjadi salah satu destinasi wisata yang tak hanya menawarkan pengetahuan tentang sejarah, tetapi juga keindahan alam yang menyejukkan.
Terletak di kaki Gunung Ciremai, museum ini menawarkan udara segar dan pemandangan alam yang indah, menjadikannya tempat yang ideal untuk wisata sejarah sekaligus wisata alam.
Selain museum, ada beberapa situs di sekitar Taman Purbakala Cipari yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah peti kubur batu, yang berfungsi sebagai makam pada zaman dahulu dan berisi berbagai peralatan seperti gerabah dan kapak batu.
Batu Temu Gelang juga menjadi objek menarik, berupa kumpulan batu berbentuk lingkaran yang digunakan untuk tempat musyawarah. Batu altar dan dolmen merupakan monumen penting yang digunakan dalam upacara peribadatan, sementara batu dakon yang menyerupai permainan congklak digunakan untuk meramu obat-obatan dan sesajen.
Tak kalah menarik adalah batu menhir yang berdiri tegak seperti tugu, yang dipercaya sebagai simbol penghormatan kepada leluhur yang telah meninggal. Semua benda ini memberikan gambaran tentang kehidupan spiritual dan sosial masyarakat masa lalu di wilayah ini.
Dengan harga tiket yang terjangkau hanya Rp5.000,-, museum ini buka setiap hari dari pukul 08:00 hingga 16:00 WIB.