Museum Wasaka, cagar budaya itu berada di tepi Sungai Martapura dan hanya berjarak beberapa meter saja dari Jembatan Banua Anyar. Museum ini menyimpan banyak benda bersejarah peninggalan perjuangan rakyat Kalimantan melawan penjajahan Belanda.
Berlokasi tepatnya di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, museum ini berbentuk bangunan rumah tradisional dari suku Banjar, yaitu bubungan tinggi.
Museum Waja Sampai Kaputing atau kerap disingkat Museum Wasaka saat ini diresmikan pada tanggal 10 November 1991. Saat ini memiliki sekitar 425 koleksi yang dipajang baik realia (asli) dan replika (tiruan).
Koleksi tersebut dibagi menjadi delapan klasifikasi koleksi yakni senjata tradisional, senjata api, peralatan markas, pakaian pejuang, peralatan bengkel senjata, aneka senjata magis, alat transportasi, serta dokumen.
Asal-Mula Bangunan Wasaka
Dilansir dari antaranews.com, mulanya museum tersebut merupakan rumah milik Datu Jalal, pengusaha sukses yang lahir pada akhir abad ke-18. Proses pengerjaannya sendiri, dibantu langsung oleh pekerja muslim asal Singapura.
Datu Jalal tinggal bersama keluarga besarnya hingga wafat dan kemudian pada tahun 1988 rumah tersebut dibeli pemerintah atas masukan dari ZA Maulani. Rumah tersebut sempat dijadikan rumah budaya yang memberikan informasi tentang kehidupan pada periode pemerintahan HM Said.
Kemudian bangunan tersebut difungsikan sebagai museum dan diresmikan pada 10 November 1991. Nama museum tersebut adalah Waja Sampai Kaputing atau disingkat Wasaka. Nama tersebut diambil menggunakan bahasa Banjar yang artinya tetap bersemangat dan kuat seperti baja dari awal sampai akhir.
Kalimat ini sendiri berasal dari semboyan Pangeran Antasari, yang kala itu menggelorakan kalimat tersebut saat menghadapi kolonial Belanda. Saat awal museum berdiri, hanya memiliki tujuh koleksi dan setiap tahunnya selalu bertambah dari pencarian ke seluruh penjuru wilayah Kalimantan Selatan termasuk hibah dari ahli waris dari sang pejuang.
Koleksi Museum Wasaka
Koleksi Museum Wasaka terdiri dari benda peninggalan dari perjuangan rakyat Kalimantan Selatan saat melawan Belanda. Beberapa diantaranya yaitu berbagai jenis senjata yang digunakan pejuang Banjar di masa revolusi fisik tahun 1945-1949.
Kemudian ada juga pakaian barajah yang terdiri dari baju kaus dalam, baju luar, ikat kepala dan babat. Uniknya baju tersebut bertulisan mantra-mantra tertentu agar kebal dari serangan musuh. Tak hanya itu, museum ini juga menampilkan senjata-senjata tajam tradisional seperti mandau dan tombak.
Terdapat juga pancar mirah milik pejuang bergelar Pembelah Batung dari Kabupaten Hulu Sungai Utara yang digunakan pada pertempuran Kota Amuntai tanggal 28 Desember 1948. Di bagian tengah, di lorong sebelah kanan, dipamerkan teks proklamasi pernyataan warga Kalimantan Selatan untuk bergabung sebagai bagian dari NKRI.
Jika masuk lagi ke bagian belakang, ada replika pembuatan senjata tajam dan pistol milik para pejuang beserta patung si pembuat senjatanya. Menurut penjaga museum, replika tersebut dibuat di Yogyakarta, dan masih banyak koleksi lainnya.
Untuk masuk ke Museum Wasaka, pengunjung tak dipatok tarif sepeser pun alias gratis. Namun, hanya membayar biaya untuk parkir sebesar 3 ribu hingga 5 ribu. Museum ini dibuka setiap Selasa hingga Kamis pukul 09.00-12.00 dan 1.30-3.00 Wita, Jumat pukul 09.00-11.00 Wita serta Sabtu dan Minggu pukul 09.00-12.30 Wita. (Dari Berbagai sumber)